Saturday, July 11, 2015

DOKTER SINTA DIPERKOSA RAME-RAME

Seorang dokter wanita muda keturunan Tionghoa menceramahi Yoga begitu ia masuk ke dalam kamar periksa. Yoga yang merasakan badannya masih sakit, berjalan terpincang hanya bisa diam tidak menjawab.

"Saya perhatikan cuma kalian anak-anak muda asli daerah sini saja yang suka buang masa dengan balap liar. Apa tidak sayang nyawa kalian berbuat begitu?

Dokter muda itu masih terus berceloteh. Yoga berusaha tetap cool dengan celotehan pedas itu. Kalau diikutkan perasaan, hatinya memang panas disindir bergitu. Tapi karena badannya sakit dan lutut serta sikutnya tengah dibalut dengan perban karena terjatuh dari motor maka dia mengambil sikap berdiam.

Yoga teringat peristiwa malam tadi saat dia dan teman-temannya berlomba berbalap motor yang telah distel balap di jalanan malam kota. Nasibnya malang karena tergelincir di tikungan dan badannya terhempas ke jalan aspal yang keras. Badan, lutut dan sikunya memar serta mengeluarkan banyak darah. Nasib baik helm yang dipakainya tidak terlepas tetap melindungi kepalanya, kalau tidak kepalanya mungkin bisa bocor.

Yoga memilih untuk mendapat perawatan di sebuah klinik dokter umum. Dia enggan ke rumah sakit karena para suster di sana pasti akan menyindir hobinya itu. Tapi tak disangkanya, di klinik dokter umum ini pun sang dokter meyinggung-nyinggung hobinya itu. Dokter keturunan cina muda itu sungguh cantik. Dokter ini pantas jadi seorang model, fikir Yoga.


"Duduk, anda sakit apa?" Sapa dokter muda itu.

Yoga berjalan perlahan sambil memandang ke dinding di belakang dokter yang memakai baju pink dan jas dokter warna putih. Di dalam sebuah figura terlihat ijazah dokter ini. Dr. Sinta Angeline Chie.


"Saya sakit di sini dokter," jawab Yoga malu sambil menunjukkan selangkangannya.

"Memangnya kenapa?" tanya sang dokter.

"Terjepit resleting dokter," jawab Yoga terputus-putus menahan malu.

"Coba anda buka celananya dan berbaring di sana," sambil tangannya menunjukkan sebuah tempat tidur kecil yang dijadikan tempat pemeriksaan.


Yoga membuka celana yang dipakainya dan berbaring di tempat tidur pemeriksaan seperti yang diarahkan oleh si dokter Tionghoa tersebut.


Dr. Sinta memeriksa sambil memegangi batang kontol Yoga dengan tangannya yang terbungkus sarung tangan karet.

"Ini salah kamu sendiri. Kalau saja kamu tidak membuang kulit yang membungkusi kepala penismu ini tentu tidak akan begini jadinya." Dr. Sinta bersuara sambil mengelusi kepala licin kontol Yoga yang lecet.


Yoga berfikir. Salahkah aku karena aku disunat. Dokter cina ini menyalahkan aku karena kulit kulupku telah dibuang.

"Anda tak tau kan, kulit kulup berfungsi untuk melindungi kepala penis. Kalau kulupnya dibuang itu emangnya untuk apa?" Dr. Sinta masih mengomel.


"Saya suka perempuan-perempuan kalian, kepala mereka ditutup dengan baik. Tapi saya tak suka penis kalian, kulit penutup kepala malah dibuang."

Yoga sungguh geram saat kontolnya dihina seperti itu oleh sang dokter. Namun perasaan marahnya tidak ditunjukkan karena lukanya sedang diperiksa. Kalau diturutkan hati mau saja dia terjang dokter cina itu. Malunya semakin menjadi saat sang asisten dokter tersebut senyum-senyum ketika Dr. Sinta terus-terusan mengomel.


"Susi! Suami kamu bersunat juga tidak?"

"Tidak, dokter," jawab Susi yang tampak dari penampilannya berasal dari wilayah timur.

"Kamu suka yang bersunat atau tidak bersunat?" tanya Dr. Sinta lagi.

"Saya tak permasalahkan itu dokter. Asalkan penis itu bisa bangun cukup keras dan bisa memuaskan saya." Jawab Mary ringan.


Yoga geram. Dokter ni mau mengobatinya yang lagi kesakitan ini atau malah mau mengobrol dengan asistennya.


"Saya kalau nikah nanti mau pilih yang tak bersunat," Dr. Sinta berceloteh tanpa rasa malu kepada Yoga yang sedang dirawatnya. Atau dokter amoy ini memang sengaja ingin memojokkan Yoga.


"Kalau ternyata dia bersunat lalu bagaimana dokter?" tanya Susi.


"Sebelum bersedia dinikahi, saya pasti akan periksa penisnya terlebih dulu. Saya perlu uji keperkasaannya."


"Dokter tak permasalahkan nanti saat malam pertama dokter sudah tidak virgin lagi?"

"Sekarang pun saya sudah tak virgin." Oceh mulut tipis dokter muda itu.


Yoga hanya diam saja di atas ranjang pemeriksaan. Perasaan geramnya masih bersisa. Rasa malu dan terhina muncul sepanjang dokter bermata sipit itu berceloteh menganggap rendah kontol miliknya. Sang dokter terus menyapu cairan obat ke bagian kepala kontol yang terluka. Yoga merasa pedih ketika obat tersapukan. Sensasi geli juga ada ketika kapas obat merayap di kepala kontolnya.

"Okay, dah selesai. Penismu ini berukuran kecil sekali. Tak ada perempuan yang suka." Sempat pula dokter muda ini menyepet Yoga dengan sarkas.


Emosi Yoga kembali tersulut bara api. Jikalau dia tidak sedang sakit waktu itu juga dokter cina itu akan diperkosanya. Kata-kata dokter tersebut melukai perasaannya. Yoga merasa terhina.


============================== =====================


"Aku merasa terhina dengan dokter haram sialan itu." Yoga menceritakan kejadian yang menimpanya kepada Reza kawannya seminggu setelah pemeriksaan.


"Lalu sekarang kamu mau ngapain?" tanya Reza.


"Aku mau balas dendam, biar dia rasakan batang kontolku ni," Yoga masih menyimpan amarah.

"Kau mau ikut aku?" tanya Yoga.

"Bolehlah, aku ingin menjajal liang bool tuh amoy."


Jam sepuluh malam itu Yoga dan Reza sedang menunggu di depan klinik Dr. Sinta. Satu persatu asisten dokter tersebut meninggalkan klinik. Sepuluh minit mengamati tampak Dr. Sinta muncul. Dia lagi memegangi kunci untuk menutup kliniknya. Lalu dengan cepat Yoga dan Reza menerobos dan memegangi sang dokter muda dari belakang. Sambil mulutnya dibekap badan dokter tersebut didorong masuk ke dalam klinik.

Yoga dibantu Reza menarik dokter amoy tersebut ke dalam ruang periksa pasien. Lampu dinyalakan terang dan dokter tersebut dibaringkan di atas pembaringan. Yoga mengeluarkan pisau kecil yang disimpan dalam sakunya dan ujungnya dirapatkan ke pipi licin sang dokter.


"Kalau kamu menjerit pisau ini akan menoreh pipimu yang cantik ini." Yoga memberi ancaman kepada Dr. Sinta.


"Kalau mau selamat ikuti saja perintah kami," sambung Reza.


Dengan penuh ketakutan Dr. Sinta mengikuti saja ancaman mereka tanpa berupaya melawan. Dua orang pria loakl yang berbadan kekar ini bisa melakukan apapun kepada dirinya. Yoga memegang erat paha Dr. Sinta yang memakai rok pendek. Dr. Sinta hanya memejamkan matanya saat rok mininya diangkat jemari Yoga keatas. Airmata mulai jatuh keluar dari kelopak matanya saat Yoga kemudian menanggalkan rok yang dipakainya itu sehingga menampilkan paha dan batang kakinya yang amat putih. Yoga menjilati lidahnya terangsang menikmati pemandangan indah di hadapannya.



"Minggu lalu kau menghina burungku. Kau bilang burung bersunat buruk rupa. Kau bilang lagi burungku kecil, tak ada perempuan mau. Sekarang aku mau kau rasakan burung milikku ini."


Dengan perasaan yang masih takut Dr. Sinta mulia teringat pada lelaki di hadapannya. Dr. Sinta masih ingat pemuda yang mengangkang dan dirawatnya disini karena kepala penisnya terjepit resleting. Dr. Sinta lalu mulai menyesal kerana telah menyindir pemuda ini. Tak disangkanya pemuda ini berdendam kepadanya dan akhirnya ia diperkosa rame rame
Akhirnya celana dalam Dr. Sinta berwarna putih itu telah dapat dilihat oleh Yoga dan Reza. Yoga pun menciumi hujung kaki hingga sampai ke celana dalam Dr. Sinta. Mengeliat-geliat Dr. Sinta diperlakukan begitu. Yoga kemudian menarik turun celana dalam Dr. Sinta dan menampakkan gundukan memek putih yang tertutupi dengan bulu-bulu halus warna hitam dan amat mennggairahkan.


Yoga pun terus mengarahkan mukanya ke celah belahan memek dari Dr. Sinta dan menjilat-jilatnya dengan bernafsu. Mengeliat-ngeliat Dr. Sinta diperlakukan begitu. Memeknya terasa geli dijilati Yoga. Walau pun tanpa kerelaan tapi lidah Yoga yang menyiksa kelentitnya membuat nafsunya membara juga. Sambil menjilat kemaluan Dr. Sinta, tangan Yoga tak henti-henti meraba-rabai paha dan seluruh tubuh Dr. Sinta. Dr. Sinta menjerit-jerit kecil disaat Yoga menghisap biji kelentitnya yang terasa nikmat. Terangkat-angkat pantat Dr. Sinta menahan cobaan tapi nikmat.


Yoga tak pedulikan dengan memek si perempuan sipit yang berbau kencing itu. Mungkin Dr. Sinta tak mencuci memeknya sehabis kencing dengan bersih. Yoga mulai mengganas dan ingin mengerjakan bagian atas tubuh Dr. Sinta juga. Dengan bantuan Reza baju dan beha yang menutupi buah dada Dr. Sinta itu pun ditanggalkan. Buah dada indah Dr. Sinta akhirnya mencuat keluar dan Dr. Sinta kini telah telanjang bulat.


Bibir Dr. Sinta kini menjadi mangsa ciuman Yoga dan jari-jemarinya meremas buah dada padat milik Dr. Sinta. Kelihatan pipi Dr. Sinta yang lembut dan putih itu berubah menjadi kemerah-merahan kelika Yoga makin bertindak ganas. Yoga mulai membuka pakaian dan celana jeansnya. Yoga pun menanggalkan celana dalamnya dan mengeluarkan batang kontolnya yang telah lama mengeras. Batang kontol sepanjang enam inci itu mengganguk-angguk menunggu mangsanya.


"Jangan... tolong jangan lanjutkan..., saya minta maaf," kata Dr. Sinta memohon belas kasihan.

"Sudah terlambat kau minta maaf. Sekarang kau rasakanlah kontol bersunat ku ni." Yoga tertawa kecil.

Yoga mengurut batang kontolnya. Helm bulat warna coklat tua itu berkilat. Sengaja didekatkan ke muka amoy cantik. Dr. Sinta tak menyangka batang penis kecil dan pendek waktu dia periksa minggu lalu dapat tumbuh hingga sebesar itu.


"Sekali kau mencoba kontolku yang sunat ini, kamu akan ketagihan. Rasakan kenikmatannya."


Yoga terus mengangkangkan Dr. Sinta yang tidak berdaya itu lalu kelihatan lubang memeknya terbuka lebar dan siap untuk digarapnya. Yoga tidak menunggu lagi lalu menusukkan batang kontol yang pernah dihina sang dokter cina ke dalam liang memek Dr. Sinta yang masih sempit itu. Yoga merasakan

kenikmatan yang tidak terhingga ketika batang penisnya masuk menerobos ke dalam cibai si amoy. Dr. Sinta hanya menutupi mukanya bersamaan Yoga yang telah mampu menguasai dirinya dengan sepenuhnya. "Jleb-jleb-jleb" bunyi cibai milik Dr. Sinta digenjoti Yoga dengan bernafsu.


Reza yang tadinya hanya menonton mulai beraksi karena nafsunya juga ikut membara. Toket milik wanita cina yang sintal itu diremas-remasinya. Ketiak licin dokter amoy itu dicium dan dihirupinya. Cukup wangi ketiak dokter muda ini. Dr. Sinta kegelian saat lidah Reza mulai bolak-balik di kulit ketiaknya yang licin.


Yoga meneruskan aksinya. Batang kontolnya ditarik dari lubang memek Dr. Sinta. Diangkatnya badan dokter muda itu dan diletakkan di lantai. Diarahkan dokter amoy itu supaya merangkak. Kontolnya yang basah dengan lendir cibai Dr. Sinta didorongnya masuk dari belakang. Dr. Sinta hanya mampu mengerang. Terayun-ayun toketnya yang tergantung.


Reza yang mengamati saja tingkah laku Yoga dan Dr. Sinta tak dapat lagi menahan nafsunya. Celananya dipelorotkan dan kontol miliknya yang sama besar dengan milik Yoga berdiri menegang dengan keras. Kontol bersunat itu dipaksakankan masuk ke mulut Dr. Sinta.


"Sekarang hisap juga kontol bersunat milikku. Nanti tentu kau akan merasakan enaknya," usik Reza sambil mengarahkan kontolnya yang besar dan panjang itu ke muka Dr. Sinta. Dr. Sinta hanya mampu melihat tanpa berani melawan.


"Buka mulutmu dan sedotilah, tunggu apa lagi," perintah Reza dengan suara keras.


Dr. Sinta membuka mulut tanpa daya dan mulai mengecapi kepala licin bentuk helm jerman menerobos ke mulutnya. Dr. Sinta menghisap dan mengemut batang kontol yang besar hingga Reza mengerang-ngerang keenakan.


Lama-kelamaan Dr. Sinta telah keletihan dan hanya mampu menuruti saja perlakuan Yoga dan Reza kehadapnya. Akhirnya Dr. Sinta tidak mampu bertahan lagi dengan genjotan dari kontol Yoga dan dia pun telah basah berkeringat karena hampir klimaks. Mata Dr. Sinta kelihatan amat kuyu dan keletihan sementara buah dadanya menegang tajam karena merasakan orgasme yang amat hebat, maklumlah kali pertama baginya dientot oleh lelaki yang bersunat. Penis yang sebelumnya dianggapnya tidak menarik ternyata terasa sungguh hebat.


Akhirnya Dr. Sinta klimaks dan air juice cibainya eluar juga dengan banyaknya dan kelihatan meleleh pada liang memeknya. Kali pertama Dr. Sinta mendapat orgasme dari persetubuhannya dengan penis berkhitan. Sebelumnya teman lelakinya yang masih berkulup yang melayaninya bersetubuh. Mengerang hebat si amoy cantik saat dia mengalami klimaks. Menggigil badannya merasakan kenikmatan yang amat sangat.


Yoga juga turut orgasme menyusul sang dokter saat melihat amoy muda yang cantik yang digenjotnya itu klimaks dan dia meraung kuat dalam orgasme sambil menembak-nembakkan air kejantannya ke dalam liang memek Dr. Sinta. Perempuan cina itu dapat merasakan cairan panas menerpa kencang ke rongga rahimnya. Pangkal rahimnya terkemut-kemut menyedot benih pria pribumi yang amat banyak. Mungkin dua buah zakar punya Yoga ngecrot disana mengosongkan seluruh amunisinya.


Reza juga tak tertahan lagi saat mulut mungil yang hangat itu membelai batang penisnya. Reza yang belum pernah merasakan kengahatan dari perempuan tak dapat bertahan lama dan menembakkan air maninya ke dalam mulut Dr. Sinta. Dr. Sinta dengan lemah menelan semua mani dari kontol Reza. Terasa anyir tapi ditelan juga.


"Sekarang kau nikmati kontol yang kau hina. Kau bilang tak ingin kontol yang sunat. bagaimana rasanya?"


"Enaak.." Dr. Sinta menjawab dengan perasaan malu.


Sekarang Dr. Sinta mengakui batang penis pria lokal milik dua orang ini lebih nikmat dari batang teman lelakinya. Dia telah salah sangka. Dan dia merasa bersalah karena menghina penis lelaki ini. Tapi bila dipikirkan ada pula hikmahnya. Dia dapat menikmati batang penis yang dipotong kulit penutupnya. Rasanya juga nikmat. Dr. Sinta mulai berpikir untuk menyuruh teman lelakinya dikhitan juga.


Reza dan Yoga mengenakan pakaian dan meninggalkan dokter cina tersebut terbaring kecapekan di lantai.



"Tak sempat aku merasakan memeknya amoy. Hisapannya pasti dahsyat, aku sudah tak tahan." Reza mengeluh perlahan.


"Kau jangan sedih. Minggu depan kita garap lagi dokter cina tu."


Yoga dan Reza tertawa berderai dalam mobil. Yoga dan Reza membuat rencana mereka selanjutnya. Apalagi Reza bersikukuh ingin menikmati cibai milik amoy yang cantik itu. Kali ini mereka akan mengajak seorang teman dekat mereka yang juga ingin merasai memek amoy yang ketat itu. Maklum saja dua orang jejaka jones ini belum pernah merasai nikmatnya ngentot. Hanya nyabun dan coli saja yang mereka tahu, itupun sudah terasa nikmat yang tak terhingga.

No comments:

Post a Comment