Monday, August 31, 2015

IMBALAN TUGAS KAMPUS


ni adalah pengalamanku beberapa bulan lalu di tempat kost pacarku Nina. Aku sudah terbiasa keluar masuk di tempat kost itu baik itu bersama Nina atau sendirian. Kadang aku juga nginep kalau kemalaman. Kost ini memang nggak ada yang ngawasi, pemiliknya hanya datang sebulan sekali ambil duit.
Suatu hari aku datang ke kost Nina, sialnya pas saat itu Nina sudah keburu pergi ke Bromo bersama teman kuliahnya. Dalam hatiku aku mengumpati si Nina yang nggak lagi pamit kek atau ngasih tahu seperti biasanya. Mentang-mentang dia ada yang naksir lagi trus aku mulai nggak dianggap lagi.
Sore itu iseng-iseng aku nyalakan komputer di kamar Nina, ntar biar aku masukin virus makro-nya MS-Word lagi biar ilang semua ketikan dia. Tapi aku main DOOM dulu biar medongkolku agak berkurang. Belum lima belas menit aku main tiba-tiba pintu kamar yang nggak aku kunci terbuka. Eva dengan celana pantai dan kaos dagadunya sudah menerombol masuk ke kamar Nina. Waduh aku kena jadi sembur monster Doom deh.
“Hai mas,… sedang apa ?” si Eva teman sekost nya Nina datang, wah si Eva nih pasti minta tolong ngetik lagi.
“Minta tolong dong mas,…” pintanya sambil berganyut di daun pintu. Aku pura-pura nggak mau
“Aduh,.. aku bener-bener capek sekarang Va,… kalau kamu sendiri mau pake komputer ini pake aja” Eva memonyongkan bibirnya, aku tahu dia nggak lancar ngetik maklum nggak sering make komputer.
“Tolonglah mas,… aku nggak bisa ngetik lancar nih apalagi ini banyak rumusnya, bisa-bisa dua lembar selesai dua hari “. Memang sih kalo MSWord pake rumus mesti klak-klik terusan ngerjakannya. Kenikmatan Puncak Eksekusi Rita ABG Smu masih Perawan
“Kamu bawa ke rental saja deh, ntar disana ada kok yang mau ketikin”.
“Penuh,… besok sudah harus dikumpulin” jawabnya singkat.
“Duh mahasiswa, kebiasaan pake acara dadakan tuh,… Oke aku ketik tapi nanti kamu harus pijitin aku. Bagaimana ?” aku mengajukan penawaran.
“Nanti kalo ketahuan Nina ?” Eva memandang langit-langit dan aku memandangi pahanya.
“Enggak,… kan Nina lagi ke Bromo”
Singkatnya penawaranku diterima dan aku langsung ketik naskah punya Eva. Baru dua paragraf aku ketik, aku jadi teringat kalau aku juga pernah ketik naskah semacam ini untuk Nina. So jadi tinggal Copy dan Paste lalu Edit sedikit dan selesai.
“Di print sekalian nggak nih Va ?” tanyaku pada Eva yang malah asik bolak-balik majalah punya Nina.
“Lho kok cepet sekali, nggak ada yang salah ketik apa ?” ia bangkit dan mendekat ke arah monitor memeriksa naskah itu. Eva agak membungkuk membaca hasil ketikanku di monitor. Eh ada kesempatan baik, leher kaosnya jadi turun dan aku bisa melirik tetek milik Eva. Luar biasa, sekilas saja aku bisa pastikan tetek milik Eva masih kencang.
“Eh nakal ya,…” aduh ketahuan deh. Eva segera bangkit dan menutup leher kaosnya. Aku nyengir-nyengir saja. Tapi dia nggak serius tuh marahnya, Eva malah senyum-senyum malu sambil memaksakan diri melotot.
“Ntar aku bilangin Nina lho, mas suka ngintip” ancamnya lagi.
“Ah bukannya kamu yang suka ngintip kalo aku pas tidur sama Nina”, aku balikan kata sambil menyalakan printer. Memang Eva pernah ketahuan ngintip pas aku sedang minta jatah biologis sama Nina.
“Nih ” empat lembar naskah itu sudah tercetak dan aku serahkan sama Eva.
“Trims ya mas,…. Jadi nggak pijit nya ?”
“Oh ya jadi dong,…”
Aku tiduran di ranjang dan Eva memijiti punggungku. Pintu aku tutup tapi nggak aku kunci. Aku melepaskan baju yang aku pakai, aku bilang takut kusut. Pijatan Eva terasa enak sekali malah seperti sudah prof. Dari leher sampai pinggang diurut dengan seksama. fea756259270344
“Va,… kamu cerita sama Budi (pacarnya Eva) nggak ?” tanyaku membuka kebisuan.
“Cerita apa ?”
“Tentang yang kamu intip itu”
“Ah ya enggak dong ”
“Bener ?”
“Iya,..!!!”
Dua puluh menit aku dipijitin sama si Eva lalu dia mengeluh capek. Aku menawarakan diri untuk gantian pijit.
“Ah enggak ah, geli,…”.
“Tapi enak lho Va percaya deh” mulanya dia nolak tapi akhirnya mau juga. Aku bangkit sambil aku geser dia untuk naik ke ranjang. Aku pijit mulai dari lehernya lalu turun ke punggung dan pinggang. Aku perhatikan paha bagian belakang Eva mulusnya bukan main, putih lagi.
“Va kamu pernah nggak main sama Budi ?” aku beranikan diri untuk masuk ke dalam topik yang rada ngeres.
“Main apaan ?”
“Main kayak aku sama Nina”
“Ehm,… mulai aneh-aneh ya,…”
“Cuma nanya kok ”
“Kalo pernah kenapa dan kalo belum pernah juga kenapa ?”
“Yah nggak apa-apa, cuma pingin tahu aja, kamu tahu aku sama Nina, aku juga kepingin tahu kamu dengan Budi”
“Nggak ah,… nggak aku jawab” 29715b259270319
“Ah berarti pernah nih”
“Lho kok bisa ambil kesimpulan?”
“Iya biasanya kalo belum pernah pasti jawabnya tegas belum”
“Terus, kalo aku sudah pernah main sex begitu sama Budi kenapa juga”
“Yah,… barangkali,….” Aku sengaja nggak nerusin kata-kataku.
“Barangkali apa ?!”
“barangkali aku boleh coba”
“Ah nggak mau,….”
“Kenapa,…”
“Aku takut, punya mas besar sekali”
“Justru yang besar itu yang enak tahu ”
“Ah masak ?” Eva memutar badannya dari yang tadinya telungkup jadi telentang. Aku nggak buang waktu lagi, aku segera menindihnya. Eva gelagepan ketika aku serang teteknya yang membuat aku penasaran dari tadi. Aku ciumi lehernya sampai dia terengah-engah kehabisan nafas. Ketika aku dapatkan bibirnya tanganku mulai melepasi kaos dan celana pantai sekalian cd-nya. Aku tangkap gundukan daging di selangkangannya dan dengan jari tengahku aku gosok lipatan dagingnya yang sudah becek dengan lendir. Eva jadi Ahhh uhhhh sambil menggelinjang ke kanan dan ke kiri.
Tiba tiba Eva jadi buas, ia mendorong tubuhku dan duduk diatas perutku membelakangi aku. Dengan terburu-buru ia melepaskan ikat pinggang celana yang aku pakai. Aku ngeri takut kalau resleting celanaku makan korban. Dan sebentar saja Eva sukses menurunkan celana yang aku pakai sebatas lutut. Dan bongkahan daging yang sedari tadi sudah membengkak diselangkanganku menyembul keluar. Eva meremasnya kuat-kuat sebelum ia memundukkan pantatnya ke arah mukaku dan “slup” bongkahan dagingku itu sudah masuk dalam mulutnya. Nggak nyangka, Eva yang selama ini aku kira diem eh ternyata,…. Boleh juga permainannya.
Aku juga nggak tinggal diam, memiaw Eva yang hampir tanpa bulu itu sudah terpampang didepan mukaku dan aku hisap serta jilati sepuasnya. Lidahku aku julurkan mencoba menerobos ke dalam lobang memiaw Eva. Sejenak ia melepaskan kulumannya dan menengadah sambil merancu “Ehhh lagi mas ehhh terus terus yah yang itu ehhhh” ….
Aku nggak tahan lagi didiemin barangku. Segera aku dorong pantat Eva sehingga ia telungkup lagi dan aku arahkan rudal scottku ke balik pahanya.
“Agak diangkat dikit dong Va” pintaku supaya Eva agak nungging. Ia menuruti sambil membuka selangkangannya lebih lebar. Dan aku mulai membenamkan rudalku dalam memiawnya. Ia meringis dan katanya punyaku lebih besar dari pada milik si Budi. Tapi ketika aku mulai membenamkan lebih dalam lagi Eva melotot dan mengaduh kesakitan. Mungkin karena ia baru pertama kali ini mendapatkan the real penis macam punya aku. Aku diamkan sebentar sambil menenangkan Eva. Kalau gara-gara ini akhirnya di cancel wah rugi dong aku. d28610259270292
Aku mulai pelan pelan menarik dan membenamkannya lagi sampai Eva terbiasa. Nggak seberapa lama kok, lima enam kali memiaw Eva sudah bisa adaptasi dengan punyaku. Meskipun begitu lobang memiaw Eva masih terasa menggenggam batang dagingku erat sekali. Jadi ingat rasanya seperti pertama aku memperawani si Nina dulu. Nggak sampai sepuluh menit Eva sudah kejang melepaskan orgasmenya yang pertama. Ah dasar pemula sih. Aku berhenti sejenak disaat aku sudah sampai pada tujuh puluh lima persen hampir orgasme.
Aku bangkitkan lagi gairahnya dengan meremas kedua puting tetek Eva dari belakang. Berhasil, Eva mulai menggoyangkan lagi pantatnya dan aku nggak buang waktu lagi, aku segera mengayunkan ke depan dan kebelakang mengimbanginya. Eva orgasme sampai empat kali sebelum yang kelimanya aku dan Eva orgasme bareng-bareng. Aku hamburkan semua spermaku dalam memiaw Eva yang berdenyut kuat dan aku tertidur.
Aku bangun sekitar pukul setengah sembilan dengan kemaluan masih menancap dalam memiaw Eva. Aku bangunkan dia dan,… asiknya si Eva jadi minta lagi. Malam itu aku ganti ganti style mulai dari frontal, berdiri, doggy style juga dengan duduk diatas kursi. Aku bermalam di tempat kost itu kali ini bukan di kamar Nina tapi di kamar Eva. Aku jadi nggak kesepian lagi meski Nina ke Bromo sampai empat hari dan empat hari itu aku dan Eva menggunakan kesempatan sebaik-baiknya.
Eva pindah kost setelah dua minggu sejak itu. Tempat kost baru Eva sejenis dengan tempat kost sebelumnya bebas keluar masuk. Aku dapat dua jatah satu dengan Nina satu lagi dengan Eva. Terus terang aku lebih suka main dengan Nina yang lebih prof daripada Eva. Beberapa hal yang aku suka pada tubuh Eva adalah memiawnya yang nggak terlalu banyak bulu dan teteknya yang begitu ranum, sedang yang aku suka pada Nina adalah teknik main sexnya yang luar biasa. Sorry nggak sempat aku ceritakan disini, mungkin lain kali. Buat Budi aku minta maaf telah melanggar kebunmu, habis menurut Eva kamu kurang bersungguh-sungguh dan selalu ketakutan dengan kehamilan

Sunday, August 30, 2015

promo bonus deposit untuk member setiap hari

KEPADA SEMUA MEMBER SETIA SENTANAPOKER KAMI TELAH MENGADAKAN PROMO BONUS DEPOSIT
SEBESAR RP: 5.000 SETIAP HARI
KEPADA SEMUA MEMBER YANG TELAH MELALUKAN DEPOSIT MINIMAL RP:50.000
DAN ANDA AKAN MENDAPATKAN BONUS SEBESAR RP:5.000

CARA MENDAPATKAN BONUS INI

1. Minimal Deposit Rp.50.000,-

2. Member Diwajibkan Memiliki TunOver ( Minimal Rp 60.000,- )

3. kami Akan Menarik Kembali Bonus Credit Bila Dalam 1 x 24 Jam Tidak Terdapat TunOver

4. Klaim Bonus deposit Hanya Berlaku 1 x Untuk 1 Member Setiap Harinya

5. Contoh : Anda Deposit Rp:50.000 Mendapatkan Bonus Rp:5.000 Maka, Untuk Melakukan Whitdraw TunOver Harus Rp:60.000

Untuk Info Lebih Lanjut Silahkan Hubungi :
PIN BBM : 565F700A
Yahoo : SentanaPoker
No Tlp : +855964776509
Livechat 24 jam oleh CS kami
Terima Kasih..

dapatkan bonus dari www.sentanapoker.com minimal deposit 50rb dapat bonus 5ribu!!!


AKIBAT BERBUAT BAIK

Aku tinggal di salah satu kota di Canada, kira-kira sudah hampir 6 tahun. Aku tinggal sendiri di salah satu gedung apartemen dekat down town area. Kamarnya satu, ada ruang tamu, kitchen, balcon buat smoking, murah juga. Kadang teman-teman menginap, meminjam komputer, karena milikku pentium ii, dan semua software, games etc aku punya. Jadi mereka betah nginep di sofa, atau bawa sleeping bed. Also, aku punya 50 inch TV, DVD player, Video, games dan lain-lain, jadi tempat ini siip. Aku bukan orang yang berada banget, semua itu hadiah dari saudara-saudara yang ikut bahagia karena aku bisa sekolah disini. So, syukurlah.
Mungkin karena apartemen dan barang-barang electronic di rumahku, aku dikagumi wanita-wanita orang putih di sini. Dikira aku loaded banget, alias rich boy. Jadi banyak yang tidak nolak kalau aku ajak jalan. Bukannya mau show-off, but aku bisa mendapatkan perempuan yang aku mau kapan saja, tapi aku nggak mau perempuan yang mencintaiku karana harta kekayaanku.
Soal pacaran, aku tidak pernah punya berlangsung lama, karena aku salah gaul. Tiap-tiap wanita yang aku pacarin, semuanya mata duitan. Kalau tidak dibeliin barang ini, atau itu, marah deh, terus mau putus. Jadi sudah kira-kira 2 tahun aku tidak ada gandengan.
Terus satu hari, aku menang lotre $300. Aku pergi ngambil duitnya dari salah satu gedung lotre tersebut dan jalan menuju pulang. Waktu itu lagi agak dingin, salju lagi turun sedikit-sedikit. Terus, waktu lagi jalan, tiba-tiba ada suara “Excuse me, spare some change?” Aku lihat ke arah kiri, ada dua gadis lagi duduk di lantai depan Starbucks Cafe sambil tangannya di ulurkan ke arahku. Yang satu lagi hanya duduk merangkul kakinya.
“Duh kasihan banget” pikirku. Aku berhenti, meraba kantong celanaku, dan aku keluarkan 2 helai $5.
“Ini, silakan”, aku bilang.
“Terima kasih Mas,” kata gadis yang memegang uang.
“Terima kasih kembali” kataku lagi, sambil jalan pergi. Memang benar, setelah aku memberi uang tersebut, ada rasa yang hangat dalam hati. Sesampai di apartemen, aku cari sleeping bag bekas dan beberapa baju tebel. Tapi saya lupa kalau semuanya sudah kusumbang ke Salvation Army beberapa minggu yang lalu. Terus aku pikir, hmm, sudah mau natalan, teman-teman pada pulang ke Indonesia, aku nggak ada teman main.., gimana kalau aku undang saja tu cewek.
Lalu aku pergi ke tempat kedua gadis itu. Tapi mereka sudah nggak ada lagi. Aku lihat kiri dan kanan dan ternyata kedua gadis itu ada di depan McDonald’s, sambil megang kantong buat memesan makanan. Aku tunggu mereka di deket Starbucks Cafe, dan sewaktu mereka melihatku lagi, si gadis yang aku kasih uang tadi senyum padaku dan bilang “Hi, lagi ngapain Mas?, Traktir kita dong?” sambil tertawa.
Aku senyum saja “Oke, Nich beli aja”. Si cewek yang aku kasih duitnya, namanya Lily dan cewek yang satunya lagi ternyata adiknya, bernama Lianne. Lily berumur 17 dan Lianne berumur 14. Mereka datang dari kota lain dengan cara hitchhike. Aku jongkok dengan mereka, ngobrol-ngobrol sebentar, sambil nebeng makan kentang gorengnya yang di tawari Lianne.
BTEYG26CAAAnvjS
Kurang lebih setengah jam kemudian, entah kemasukan apa, aku ajak mereka ke apartemenku untuk menginap. Mereka kaget. Pertamanya sih pada nggak mau, tapi abis aku yakinkan, bahwa aku tinggal sendirian, tidak ada teman dan bla bla bla, mereka akhirnya mau juga.
Sesampai di apartemenku, mereka ber wah.., wah.., wah. Aku dimintai handuk buat mandi. Ternyata mereka nggak pakai baju tebal-tebal banget. Si Lily cuma memakai t-shirt Marilyn Manson, sweater gap yang kotor dan jaket kulit, dan Lianne memakai lebih tebal, mungkin karena diberi sama Lily.
Dua-duanya memang cakep sih, kulitnya putih banget (habis orang putih sih), nggak tinggi banget, kira-kira 160 cm. Lily berambut pirang kotor (dirty-blonde) sebahu, dan Lianne berambut pirang terang, seleher lebih dikit, agak berombak. Aku beri 2 pasang t-shirtku dan beberapa celana pendek milik bekas pacarku. Mereka masuk ke kamar mandi bersama dan dan aku cuek-cuek saja, habis adik-kakak. Aku siapkan hot chocolate dan cookies.
Sehabis mereka keluar dari kamar mandi, waduh, cantiknya mereka berdua minus make-up tebal, ikat rambut, dan garis-garis hitam di muka. Seperti mimpi degh. Belum pernah aku melihat kecantikan semacam itu. Mungkin di majalah, dan film, tapi mereka ada didepanku. Lily memakai t-shirt GAP-ku yang berwarna putih, tanpa bra, karna aku bisa melihat putingnya yang pink dengan jelas. Lianne memakai t-shirt Planet Hollywoodku yang berwarna putih juga dan without bra.
Setelah itu kita ngobrol-ngobrol sambil minum hot choco. Lianne orangnya pendiam, tapi senyum terus. Kalau Lily agak energetic dan bawel. Sewaktu kita ngobrol-ngobrol, si Lianne berdiri dan berjalan menuju kulkas.
“Mau Minum Champagne?” tanyanya.
“Boleh”, kataku, “Tapi.., kamu kan masih anak-anak” kataku sambil tertawa karena aku pikir si Lianne cuma bercanda.
Dia buka botol champagne tersebut dan meminumnya sedikit, lalu dia bawa buat kakaknya, Lily. “Gile, dikirain becanda” pikirku.
BTEYiFfCQAEFBNm
Beberapa jam kemudian, ruang tamuku berasa agak panas, soalnya heaternya rusak. Aku meminta izin untuk tidur, tapi dipaksa temenin ngobrol. Aku suruh nonton TV saja, tapi mereka tidak mau. Kelihatannya sih dua-duanyajuga sudah agak mabuk, soalnya pipi mereka merah banget, dan ngomongnya sedikit ngacau.
Terus aku suruh mereka tidur di kamarku yang queen-sized bed, dan aku tidur di sofa. Mereka menarikku untuk tidur dengan mereka. Waduh, rezeki, pikirku.
Aku ikut saja, tiba-tiba mabuk dan puyengku hilang! hehehehe, mungkin karena pikiran kotor dan feeling bahwa aku akan score dengan mereka berdua.
Kita tiduran di ranjangku, terus aku memeluk Lily karena dia lebih deket dengan tanganku. Aku menciumnya dan dibalas juga ciumanku. Tanganku bekerja dari rambutnya, leher, sampai payudaranya yang lumayan besar buat anak 17 tahun. Kulepas T-shirtnya dengan cepat karna sudah napsu banget Lama tidak dapat!
Kusedot-sedot dengan kencang puting susunya, dan Lily merintih rintih Aku melirik ke arah Lianne, ternyata dia berbaring sambil nontonin kita. Aku cuek saja dan nerusin plorotin celana dan celana dalam Lily. Bulu kemaluannyamasih jarang-jarang dan berwarna pirang juga. Hmm.., lezat.., sudah lama nggak dapat nih, pikirku sambil memainkan lidahku di liang kenikmatannya yang sudah merah. Kumainkan lidahku di clitorisnya dengan cepat, dan lily merintih rintih. Rintihannya semakin membuatku buas. Aku keluarkan teknik cunnilingus yang diajari teman jepangku, “teknik meminum air”. Lily meraung raung seperti orang kesetanan, tangannya menjambak rambutku dan pinggangnya naik turun. Setelah dia beberapa kali orgasme, aku cium seluruh tubuhnya sampai bibirnya. Terus dia berkata “do my sister”
Aku melihat ke arah Lianne dan dia sudah telanjang dan bermain dengan klitorisnya. Aku cium dan sedot payudaranya yang masih belum matang (maklum 14 tahun), dengan putingnya yang pink. Lianne menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ekstasi. Pelan-pelan kucium seluruh tubuhnya sampai ke arah liang kewanitaannya. Wah, merah dan rapet banget! rezeki besar. Kumainkan lidahku di liang kewanitaannya, bermain di clitorisnya. Lianne merintih-rintih. Aku keluarkan tehnik meminum airku sampai lianne orgasme dua kali juga.
Kemudian aku berbaring dan kakak-adik itu menciumi seluruh tubuhku. Aduh, aku merasa duniaku akan hancur, saking enaknya. Sampai mereka lepas celana boxerku dan bermain dengan penis dan bolaku. penisku nggak besar-besar banget sih, normal buat orang bule! he.., he.., he.., he.., kira-kira 7 inchi, tebal dan berurat. Mereka berdua berebut penisku, dan akhirnya aku menarik Lianne buat duduk di mukaku. Lianne membuka kakinya dimukaku dan aku bagai disurga! setelah Lianne orgasme lagi, aku tidurkan dia di sampingku, dan aku suruh Lily untuk naik menunggangiku.
Dengan pelan-pelan, Lily naik memasukkan penisku ke liang kenikmatannya dengan susah.
Setelah kusuruh dia membasahi penisku dengan ludahnya, akhirnya amblas juga penisku. Setelah masuk penisku semuanya, pelan-pelan aku naik turun dan bergerak memutar, sambil memijat-mijat payudara Lily yang tegak dan kenyal. Aku pelukLily sambil menghunjam penisku dengan cepat. Lily berteriak teriak keenakan sambil cursing. Kusuruh dia berbalik, punggungnya menghadap dadaku. My favorite position. Aku naik turun dengan cepat juga sambil aku menyuruh Lily untuk menggoyangkan pinggulnya sambil memijit-mijit payudaranya. Entah berapa kali aku merasakan sesuatu yang hangat di penisku dan Lily berteriak, “Aahh.. fuck.. shit!
BTEYkZBCcAA4XPg
Saya rasa dia orgasme sampai 3 kali! Aku jilat cairan kewanitaannya sampai bersih, terus pindah ke Lianne. Aku jilat dan basahi lagi liang kewanitaannya yang masih merah dan berdenyut-denyut. Aku coba untuk memasukkan penisku tapi liang senggama Lianne masih kecil banget. Aku naik ke mulut Lianne dan menyuruh buat mengisap dan membasahi penisku. Dengan mata tertutup setengah sadar, dia melakukannya. Setelah cukup basah, aku coba lagi. Sempit banget! tapi senti demi senti masuk semuanya juga Lianne meraung-raung kesakitan. Aku goyang pelan-pelan, sambil menyedot puting susunya yang masih pink dan muda banget, missionary style.
Terus aku menyuruhnya berbalik, doggie style, tanpa melepas penisku dari liang kewanitaannya. Aku dorong-dorong, memutar, naik turun seperti rodeo, sambil memeluk tubuh Lianne yang meronta-ronta seperti ikan kehabisan air aku cium rambutnya, menggigit gigit pelan bahunya dan memainkan jari-jariku di kelentitnya.
Sekitar 20 menit kemudian, setelah beberapa gaya dan setelah Lianne orgasme untuk ke entah berapa kalinya, aku keluar juga. Aku tiduri mereka berdua side by side dan memuncratkan spermaku ke muka mereka.
Sehabis itu kita tidur, tapi aku belum puas juga dengan Lianne yang liang kenikmatannya sangat rapat. Dengan posisi 69 aku bermain dengan liang surganya, entah sampai berapa lama.
BTEYZLfCAAAFVNv
Besoknya, di meja makan, kita ketawa-tawa dan bercanda-canda. Tapi malamnya, mereka bercerita apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Ternyata mereka di perkosa oleh pacar ibu mereka, dan mereka lari dari rumah. Selama 5 hari penuh berpesta seks, aku akhirnya menyuruh mereka untuk telepon pulang. Setelah lama aku bujuk, akhirnya mereka telepon pulang. Ibu mereka khawatir sekali dan ingin mereka pulang segera. Pacar ibunya sudah di tangkap oleh yang berwenang.
Aku beri $100 buat Lily dan Lianne, untuk uang saku dan ongkos naik bus. Setelah itu, aku antar ke Bus Station, dan mereka said bye-bye dengan ciuman mesra di pipi kiri dan kanan.

Saturday, August 29, 2015

dendam seorang janda



Rukiah, janda beranak tiga, sudah 11 tahun dicerai oleh suaminya. Dia bekerja sebagai pedagang keliling dengan membawa dagangannya. Awalnya dia naik sepeda motor, sampai dia mampu menyekolahkan dan menikahkan ketiga anaknya dan semua sudah berpisah dengannya. Berkat kerja kerasnya, dia mampu membeli sebuah mobil Suzuki Carry. Bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk membawa barang daganganya. Setiap hari dia pergi ke berbagai tempat sesuai harinya, mulai pasar senenan, pasar selasaan, pasar reboan, kamisan dan sebagainya. Hanya minggu dia beristirahat dan bisa berleha-leha. Tapi juga tidak santai betul karena tetap harus mempersiapkan barang dagangan yang berupa pakaian jadi untuk dijual keesokan harinya. Sejak dia menjanda dan anak-anaknya masih kecil-kecil, beberapa tetangga selalu mencibirnya. Janda genit lah, janda gatal lah. Harus hati-hati, karena Rukiah digambarkan akan mengganggu rumah tangga mereka. Rukiah ditakutkan akan menggoda suami mereka, karena butuh uang atau butuh seka. Sakit sekali hati Rukiah mendengar gosip-gosip itu. Namun dia tetap tabah dan sabar, walau dendam di dadanya semakin lama semakin berkarat. Dalam usianya yang 40 tahun, dia semakin matang dan dandanannya tetap cantik, dia memang selalu menjaga dirinya tetap cantik. Rukiah selalu berpenampilan bersih karena dia seorang pedagang, jadi harus selalu tampil dengan bersih dan rapi. Cemoohan semakin menjadi-jadi atas dirinya, namun Rukiah selalu menebar senyum, membuat tetangganya semakin kepanasan, terlebih setelah dia membawa mobil sendiri dan jika di rumah, dia suka memakai daster yang sexy. Ada para tetangga yang sama seperti dia, menjanda karena dicerai oleh suami, bahkan ada yang karena suami mereka meninggal dunia. Satu-persatu mereka mulai mendekat pada Rukiah, karena kesusahan hidup. Dengan tajam, Rukiah sesekali menyindir juga. “Kenapa tidak bergenit-genit aja, Bu. Cari laki-laki di luar, bisa dapat duit!” kata Rukiah kepada Bu Neneng yang pernah mengatakan demikian kepadanya. “Kan lebih enak menggoda suami orang, dapat duitnya dapat kontolnya,” kata Rukiah pula kepada Bu Teteh, ketika Bu Teteh meminjam uang kepadanya. Ucapannya itu sengaja dikembalikan Rukiah sebagai imbalan sakit hatinya. Akhirnya Bu Teteh belum juga mengembalikan uang pinjamannya. Atas kesepakatan bersama, anak Bu Teteh, Sabirin, yang baru saja selesai ujian SMA, menjadi pembantu Rukiah mengangkati barang-barang, memajang pakaian dan menutup dagangan. Kepada Sabirin akan diberikan gaji Rp. 15.000,- perhari plus dapat makan dan minum, sementara Rp. 10.000,- perhari dipotong untuk pembayar hutang Bu Teteh. Bu Teteh sangat setuju dengan usul itu dan Sabirin juga setuju. Hari pertama, Sabirin sudah sampai di rumah Rukiah untuk membantu mengangkati barang-barang naik ke atas mobil Suzuki Carry, kemudian mereka berangkat dan Sabirin harus menurunkan barang dan memajangnya. Setelah semua siap sesuai apa yang diajarkan Rukiah, Sabirin boleh duduk-duduk. Jadi menurut Sabirin, kerjanya sangat enteng dan enak, dan dapat duit lagi. Sabirin merasa enak dagang bersama Rukiah. Baru tiga hari mereka jalan bersama, kelihatan keduanya sudah semakin akrab dan semakin dekat. Rukiah mulai memancing mengucapkan kata-kata agak kotor dan menjurus porno. Mulanya Sabirin agak kikuk juga, lama kelamaan jadi biasa dan membalas dengan ucapan porno juga. “Ah, kamu hanya ngomong doang. Bisa-bisa kontolmu juga hanya sebesar kelingking,” pancing Rukiah lebih berani. Sabirin merasa terhina dan membuka resleting celananya, memamerkan kontolnya yang belum menegang penuh, sementara mobil terus berjalan menuju pulang. “Kalau hanya segitu gedenya, mana bisa aku puas kalau seandainya kamu entot,” kata Rukiah sembari tertawa kecil. “Ini kan belum digedein,” kata Sabirin. “Coba digedein, aku mau lihat apa nanti bisa pas sama punyaku apa tidak,” pancing Rukiah pula. Sabirin mulai mengelus-elus kontolnya. Saat mengoper persneling, Rukiah sempat mengelus dan memegang kontol Sabirin, membuat Sabirin menjadi horny dan kontolnya semakin mengeras tajam. “Nih, udah gede kan?” kata Sabirin bangga. Rukiah melihat ke arah kontol itu dan berkata, “Apa tahan lama kalau dimasukin ke aku punya? Aku takut belum apa-apa, kamu udah muntah… hihihi.” Rukiah semakin berani. “Aku yakin pasti pas,” kata Sabirin menirukan iklan Pertamina. Keduanya tertawa. “Aku ingin cepat sampai di rumah dan kamu harus buktikan.” Rukiah mulai memberi ultimatum. “Boleh. Siapa takut?” Sabirin menjawab tantangannya. Rukiah tersenyum. Kalau ibu Sabirin mengejeknya mau merebut suaminya, kini malah anaknya yang akan dia pakai. Rukiah pun mempercepat laju kendaraannya. Sebenarnya melihat batang Sabirin, dia sendiri sudah basah dan horny. Begitu mendekati rumah, mobil segera ia arahkan langsung ke garasi. Dia perintahkan Sabirin cepat membuka gerbang. Setelah mobil masuk, Sabirin secepatnya menutup gerbang dan menutu pintu garasi. Sabirin pun bersiap-siap. Mesin dimatikan, Rukiah langsung menyergap Sabirin, memeluknya, dan membisikkan sebuah kata ke telinga pemuda itu. “Hayo, buktikan ucapanmu tadi!” kata Rukiah, lalu dia menyerbu bibir Sabirin dengan mulutnya. Mereka berciuman, juga saling raba dan saling remas. Perlahan Rukiah melepas celana Sabirin, lalu melepas celana jeans yang dipakainya sendiri, sekaligus celana dalamnya. Mereka sudah setengah bugil. Dengan ganas Sabirin menidurkan Rukiah di lantai. “Aku mau diapain?” Rukiah pura-pura tak mengerti, walau dalam hatinya tersenyum. Sabirin diam saja. Setelah Rukiah terlentang, Sabirin langsung menindihnya dari atas dan mengangkangkan kedua kaki Rukiah dengan kedua kakinya. Cepat dia menusuk memek Rukiah. ”Ohhh…” Rukiah mendesah. Tusukan Sabirin pada memek Rukiah semakin kuat dan buas. Rukiah menandinginya, walau usianya sudah mendekati 40 tahun beberapa bulan lagi, tapi dia juga tak mau melepaskan kenikmatan itu. Rukiah lebih buas lagi, hingga dia cepat orgasme. Sabirin terus menggenjotnya dengan membabi buta, lalu dia menyemprotkan spermanya beberapa kali di dalam memek Rukiah sampai Sabirin jadi lunglai dan lemas. Rukiah tersenyum mengejek, walau sebenarnya dia sudah orgasme. Karena Sabirin masih pemula, dia tidak mengetahui Rukiah sudah orgasme. “Kamu masih butuh latihan. Tapi kamu sudah mulai hebat. Besok atau lusa kita ulangi sebagai latihanmu. Satu yang kamu harus pegang, agar kamu menjaga rahasia ini dengan sebaik-baiknya,” kata Rukiah sembari memakai celananya dan memerintahkan pada Sabirin untuk memberesi barang-barang. Sabirin mengerjakannya. Dia sebenarnya puas sekali. Mendengar dia harus latihan, dia sedikit tersinggung juga. Selesai mengerjakan pekerjaannya, dia pulang ke rumahnya yang tak berapa jauh dari rumah Rukiah. Pagi-pagi sekali, Sabirin sudah berada di garasi mobil rumah Rukiah. Dia mulai mencuci mobil, setelah mengisi air radiator dan mengecek segalanya sesuai apa yang diajarkan oleh Rukiah. Kain dagangan juga sudah dinaikkan ke dalam mobil box untuk dibawa ke pasar. Hari ini mereka tidak akan pulang, karena pasar malam baru dimulai pukul 15.00 dan akan ditutup pukul 22.00 WIB. Sedang besoknya pagi-pagi sekali mereka akan berangkat ke kecamatan lain dan buka di sana. Jadi malam ini mereka akan menginap di Hotel. Namun mereka harus cepat sampai di kecamatan itu guna membooking hotel, baru membuka pasar. Setelah sarapan, mereka pun pergi menuju kecamatan. Hampir dua jam mereka dalam perjalanan hingga tiba di hotel melati yang bersih dan asri. Rukiah sudah terbiasa menginap di sana, hingga kenal dengan semua karyawan hotel. Rukiah pun memperkenalkan Sabirin sebagai anak kakaknya yang membantunya jualan. Sebuah kamar bersih, namun kisi-kisinya cukup bagus, dan tiupan angin dari laut membuat kamar itu menjadi sejuk. Mereka memasuki kamar dan segera meminta dua gelas kopi susu. Rukiah mandi sementara Sabirin menyiapkan segalanya, untuk jualan. Rukiah sengaja keluar hanya dililit handuk saja, hingga pangkal pahanya yang putih mulus dan pangkal teteknya terlihat jelas. Rukiah tahu kalau mata Sabirin meliriknya. Dia tenang saja, mengambil pakaian dari tasnya, sebentar-sebentar membungkuk hingga bulu-bulu di selangkangannya terlihat samar-samar. Sabirin seperti kesetanan. Dia berdiri lalu menyergap Rukiah dengan buas. Rukiah pura-pura terkejut, padahal hatinya sangat menginginkan itu. “Duh, kamu kenapa, Sayang?” rayu Rukiah seperti terkejut. “Aku ngaceng,” jawab Sabirin pendek. Didorongnya Rukiah ke tempat tidur, lalu dilepasnya lilitan handuk dari tubuh wanita itu. Secara terang-terangan, Sabirin melihat sekujur tubuh Rukian dengan jelas. Liku-liku tubuh dan mulusnya tubuh yang putih itu, dengan tetek yang besar dan pentilnya yang besar dan hitam pula. Aroma sabun mandi masih semerbak wanginya, membuat nafsu Sabirin semakin menjadi-jadi. Cepat dia lepas pakaiannya sampai bugil. Saat Sabirin mau menindih tubuhnya, Rukiah menangkap kepala remaja itu dan diarahkannya kepala itu ke memeknya. “Jilatin dulu memekku, Sayang. Kamu berani nggak?” tantang Rukiah. Sabirin yang terbiasa nonton bokep, langsung menjilatinya dengan rakus. Rukiah juga mengarahkan tangan Sabitin untuk meremas-remas teteknya, kemudian Rukiah mengelus-elus kepala Sabirin dengan lembut, seperti rasa sayang seorang ibu pada anaknya. Setelah sekian lama Sabirin menjilati klitoris Rukiah, Rukiah pun menjemput orgasmenya. Ia menggapit kepala pemuda itu kuat0kuat saat dari dalam memeknya keluar lendir hangat yang sangat banyak, meleleh hingga membasahi paha dan bokongnya. Setelah mereda, segera dituntunnya Sabirin untuk menindih tubuhnya. Dengan sabar ia bimbing kontol Sabirin menuju ke lubang memeknya. Memek yang basah itu langsung dimasuki oleh kontol Sabirin begitu si pemuda mendorong pinggulnya, dan dengan cepat mereka saling bergelut, memeluk dan saling jilat satu sama lain. Sabirin dengan buasnya menggenjot tubuh Rukiah sampai badan keduanya dibanjiri oleh keringat. Suara keluar-masuk kontol Sabirin pada memek Rukiah membuat keduanya semakin bersemangat. “Duh, kamu harus lebih kuat lagi, Sayang. Harusss… harussss… Lebih kuat lagi,” kata Rukiah pada Sabirin. Sabirin semakin ganas dan buas. Dia terus menggenjot memek Rukiah dengan ganas. Tak lama keduanya saling berpelukan dengan eratnya dan keduanya terkulai setelah sperma Sabirin memenuhi ruang memek Rukiah. Saat itu Rukiah tersenyum puas, sembari membayangkan ibu Sabirin yang dulu suka menyindir-nyindirnya sebagai perempuan yang suka menggoda suaminya. Kini Rukiah tidak hanya menggoda suami orang, tapi justru sedang bersetubuh dengan seorang anak laki-laki ganteng dan masih muda, anak yang pernah meremehkannya. Seiring perjalanan waktu, Rukiah semakin sukses. Hartanya semakin banyak. Beberapa rumah di kompleks itu sudah dia beli. Mobilnya juga sudah diganti, menjadi L-300 Pick Up, selain mobil sedan pribadi tentunya. Dia dan Sabirin sudah berjalan hampir setahun. Sabirin sudah bisa membawa mobil dan hutang orangtuanya pun sudah lunas. Namun Sabirin tak mau meninggalkan pekerjaannya, karena selain dapat uang Rp. 25.000,- perhari, ia juga dapat makan, minum dan rokok, serta dapat seks juga tentunya. Terutama Seks yang membuat Sabirin tak mau meninggalkan juragannya, Rukiah. Kepadanya sudah diserahi tugas baru, yakni membawa sebuah mobil pick up lain dan berjualan. Tentu saja Rukiah menghitung berapa potong yang dibawa, kemudian berapa laku, lalu dihitung untungnya. Untuk belanja, Rukiah selalu sendiri, karena dia tetap merahasiakan berapa harga pengambilan barang dan Sabirin hanya tahu menjual dengan harga tertentu. Sabirin juga senang, kalau seharusnya dia menjual pakaian seharga Rp. 25.000,- tapi bisa dia jualkan Rp. 30.000,- atau Rp. 27.500,- maka keuntungan itu akan dia ambil sendiri. Untuk itu, Sabirin yang diberikan kepercayaan, tidak mau meninggalkan Rukiah. Bu Salmah sudah benar-benar bangkrut dan suaminya sudah pensiun dan mendapat tekanan darah tinggi karena hutang-hutangnya yang membludak. Selama masih jadi pejabat kecil, hidup mereka terlalu mewah. Kini semuanya sudah berakhir. Tanpa malu-malu, Bu Salmah mendatangi Rukiah, bercerita kalau anak bungsunya yang masih baru tiga bulan masuk SMP, tak mau pindah ke

Image result for cerita memek berdarah sama omkampung. Dengan cucuran air mata, ia memohon bantuan Rukiah agar menjadikan Totok sebagai anak sendiri, walau hanya tamat SMP saja. Dengan senyum, Rukiah menerimanya dan berjanji akan menyekolahkan Totok sampai tamat. Kalau perilaku Totok baik dan penurut, mungkin akan disekolahkan sampai SMA. Bukan main senangnya hati Bu Salmah. Mereka pun pindah ke kampung. Dalam penyerahan untuk diangkat jadi anak angkat, Bu salmah menasehati Totok agar menurut apa kata Bulik Rukiah. Totok pun mengiyakan dan berjanji. Sejal pagi itu, Totok pun tinggal bersama Rukiah. Kembali Rukiah mengenang apa yang pernah dilakukan oleh Bu Salmah pada dirinya, sindiran, ejekan serta hinaan yang pernah dia terima dari wanita itu. Haruskah Rukiah membalaskan dendamnya pada Totok? Bukankah Totok masih kelas 1 SMP dan baru berusia 13 tahun? Setelah berpikir lama, Rukiah akhirnya mengambil keputusan, Totok akan dia ajari ngeseks sebagai pelampiasan dendam lamanya terhadap Bu Salmah, biar Bu Salmah tahu rasa bagaimana ejekan masa lalunya, ternyata kini berakibat fatal. Anak bungsunya akan digarap oleh Rukiah. Rukiah mengajak Totok menemaninya untuk berenang. Totok dibelikan celana renang yang sesuai dengan umurnya. Walau masih 13 tahun, Totok bertubuh tinggi, walau sedikit kurus. Saat berenang, Rukiah melihat kalau Totok boleh juga. Dia harus memperdaya bocah itu. Malamnya, ia ajak Totok menemani dirinya nonton film semi BF. Rukiah sengaja tidak memakai bra dan selana dalam saat memakai daster tipisnya. Totok disuruhnya memakai sarung dan kaos oblong saja, biar tidurnya enak dan tubuhnya bebas. Katanya, saat tidur itulah terjadi pertumbuhan tubuh. Mereka nonton mulai dari awal. Pada pertengahan, adegan demi adegan percintaan mulai terjadi, Ada adegan cium-ciuman, raba-rabaan, termasuk adegan isap tetek segala. Saat itu, Rukiah melirik Totok yang gelisah dan sebentar-sebentar memegang Anu-nya. Rukiah tersenyum. Segera dipeluknya Totok yang duduk di sebelah kirinya. Dengan cepat ia masukkan tangannya ke dalam kain sarung Totok. “Wah, sotong-mu besar juga, Tok,” rayu Rukiah. Totok malu dan tersipu, ia berusaha melepaskan tangan Rukiah. Tapi dengan kasar Rukiah melepas kain sarung Totok, hingga tinggal celana dalam saja yang dikenakan bocah kurus itu. Totok masih malu-malu juga. Sekali sentak, celana dalam itupun juga sudah melorot ke bawah. Rukiah turun dari sofa dan jongkok di lantai, ia langsung memasukkan kontol Totok ke dalam mulutnya. “Kamu diam aja. Jangan berisik,” Rukiah merayu, namun setengah mengancam. Rukiah tahu bagaimana memperlakukan laki-laki sesuai dengan umurnya. Totok pun diam, menikmati kontolnya yang tengah dipermainkan Rukiah di dalam mulutnya. Dan tak lama ia mengejang saat melepaskan spermanya di dalam mulut Rukiah beberapa kali. “Wah, kamu ternyata hebat juga.” kata Rukiah senang. “Maafkan saya, Bulik. Saya…” Totok terbata. “Udah, nggak perlu minta maaf. Kapan-kapan kita ulangi lagi, sampai kamu merasa enak dan nyaman. Asal, kamu jangan cerita kepada siapapun juga, termasuk kepada ibumu,” rayu Rukiah yang juga bernada setengah mengancam. “Iya, Bulik. Saya janji,” kata Totok. Rukiah tersenyum. “Sudah, untuk seterusnya, kamu tidur sama bulik saja. Kecuali ada tamu, baru kamu tidur di kamarmu sendiri.” Totok pun mengangguk. Malam itu mereka tidur dengan aman-aman saja. Sebelum tidur, tentu saja Rukiah menelanjangi Totok dan dirinya, lalu mereka bersembunyi di bawah selimut dengan AC yang disetel sepoi-sepoi sejuk. Begitulah, setiap malam mereka tidur bersama. Jika libur, Totok ikut membantu Rukiah ke pasar untuk berdagang. Selesai belajar, mereka nonton bareng dulu, kemudian mereka tidur. Tugas rutin Totok adalah menetek, sampai Rukiah tertidur. Lama kelamaan netek itu bukan tugas rutin lagi, malah Totok menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan. Secara perlahan namun pasti, Rukiah terus membimbing Totok untuk belajar. Belajar untuk sekolah, juga belajar ngeseks. Bagaimana cara menghisap tetek dan mempermainkannya dengan baik. Bagimana menjilati memek dengan baik serta mempermainkan klitorisnya. Mumpung Totok masih kecil, Totok juga diajari bagaimana ngentot duburnya dengan mengolesinya baby oil terlebih dahulu. Totok juga mengerti, kalau Rukiah capek, dia langsung memijatnya. Totok pun senang karena dia setiap pagi dapat jajan Rp. 5.000,- ke sekolah selain ongkos angkot. Totok juga sudah mengerti, bila Rukiah menciumi dirinya dan menjilati lehernya, dia juga harus meresponsnya. Sering pula, tengah malam, Totok horny. Dia akan menetek dan menjilati memek Rukiah, kemudian setelah basah dan Rukiah lama-kelamaan terbangun untuk memberikan respons, Totok langsung menindih tubuh Rukiah dan mengentotnya dari atas. Totok sudah mampu mengatur permainan, padahal dia baru tiga bulan bersama Rukiah. Liburan semester, betapa senangnya perasaan Bu Salmah melihat anaknya berpakaian bagus, tubuhnya bersih, raportnya juga bagus. Saat datang menjenguknya, ia membawa oleh-oleh dari kampung hasil ladang suaminya yang diperoleh dari hasil korupsi semasa jadi pejabat kecil. Ayah Totok tak bisa ikut, karena penyakitnya semakin parah saja. Masa liburan itulah Totok banyak membantu Rukiah jualan, dan Bu Salmah rela saja Totok tak pulang ke kampung agar bisa membantu Rukiah jualan. Dendam membuat hidup Rukiah menjadi semakin semangat. Semangat bekerja keras, semangat juga untuk ngesek. Baginya ngesek adalah hiburan yang menyenangkan, nikmat dan indah. Selain itu, nampaknya Rukiah juga mendapat kelainan jiwa. Dia hyperseks. Jika Totok dan Sabirin mampu melayaninya, mungkin Rukiah akan meminta jatah masing-masing empat kali sehari setiap orang. Tapi Rukiah berusaha untuka menahannya, agar pada puncaknya, dia bisa menikmati mereka dengan tenang. Buktinya, jika dia menginginkannya, di atas mobil dia sudah bilang kepada Sabirin agar bersiap-siap. Begitu sampai di garasi, Sabirin sudah tahu apa tugasnya. Biasanya, Rukiah langsung menungging dan Sabiring langsung pula menusuk dari belakang memek Rukiah yang sudah basah karena horny. Sedangkan Totok adalah kesayangan Rukiah, karena ukuran kontol Totok sangat pas untuk duburnya. Bagaimana pula dengan kisah Bondan? Bondang adalah adik laki-laki dari Bu Surti. Bu Surti dulu suka membagikan kabar burung dari rumah ke rumah di kompleks itu. Ada saja kabar burung tentang Rukiah yang disebarkannya. Setelah suaminya menceraikannya, karena dia kawin lagi, Bu Surti mulai diam. Jika berpapasan dengannya, Rukiah selalu tersenyum manis, sebaliknya malah Surti yang malu. Jika melihat Rukiah datang dari arah berlawanan, Surti selalu mengambil jalan pintas untuk menghindar. Sore itu, nampaknya tak ada jalan lain. Ia harus mendatangi rumah Rukiah. Rukiah punya rumah sewa di belakang rumahnya. Bondan, adik kandung Surti, mau menikah. Untuk itu, dia harus punya rumah kontrakan. Setelah harga sesuai, Surti pun berterima kasih. Besoknya, Bondan mulai membersihkan rumah dan melakukan pengecetan agar rumah kelihatan kinclong. Rukiah datang memeriksa rumah yang sedang dicat. Dengan gaya genitnya, ia mulai merayu. Rukiah menanyakan segalanya dan segera mengetahui kalau usia Bondan baru 24 tahun. Dengan malu-malu, Bondan mengatakan kalau belum pernah gituan dengan gadis mana pun. Pernikahannya adalah hasil perjodohan dengan family sendiri. Rukiah segera tidak tinggal diam. Dia terus merayu dan merayu, sampai akhirnya Bondan mau diajak ke rumahnya untuk beristirahat. Begitu memasuki pintu rumah, Rukiah mulai beraksi. “Kamu harus belajar, agar nanti tidak kikuk menghadapi istrimu,” kata Rukiah. Ia ingat betul, saat dulu Bondan masih kecil, saat pemuda itu masih SMP, ia pernah ikut juga mendiskreditkan dirinya. Inilah saat yang tepat bagi Rukiah untuk membalas dendam. Dia mulai memancing Bondan dengan duduk sembarangan. Diliriknya pemuda itu, tampak Bondan sudah gelisah. Rukiah tersenyum, dalam hati ia bertekad, hari itu juga dia harus dapat menggarap Bondan. Bondan yang tinginya berkisar 177 cm itu rasanya pas untuk memek Rukiah. “Kamu ngaku saja, kalau kamu sudah ngaceng,” kata Rukiah. Bondan tertunduk malu sebagai jawabannya. “Ya sudah, kalau kamu mau, aku bisa ajari kamu bagaimana ngelakuin malam pertama,” kata Rukiah. Lagi-lagi Bondan tertunduk. Saat itulah Rukiah mengambil inisiatif, walau sebenarnya Bondan juga sudah horny. Didatanginya kursi Bondan dan dipeluk tubuh pemuda itu dari belakang, lalu diciumnya pipi Bondan bertubi-tubi. “Tante, nanti ketahuan gimana?” tanya Bondan takut-takut. “Kalau bukan kamu yang beritahu, mana mungkin ada yang tahu,” kata Rukiah sembari membalik tubuh Bondan setelah dibimbingnya untuk berdiri. Mereka pun berhadap-hadapan. Rukiah menarik tali daster yang terikat ringan di kedua bahunya, daster itu pun langsung melorot jatuh ke lantai. Rukiah juga melepaskan Branya dan menyodorkan pentil teteknya ke mulut Bondan, setelah terlebih dahulu tengkuk Bondan ditariknya mendekat sampai pemuda itu membungkuk karena tubuhnya yang terlalu tinggi. Desah nafas Bondan mulai tak beraturan. Dia menyedot-nyedot pentil tetek Rukiah dengan penuh nafsu. Rukiah membalas dengan meraba kontol Bondan dan melorotkan celana dalam serta celana bocah itu. Dalam waktu singkat, keduanya sudah telanjang bulat. Rukiah pun jinjit agar tubuhnya bisa setidaknya menyamai tubuh Bondan. Rukiah merasakan ada benda yang menggelitik-gelitik perutnya. Kontol Bondan rupanya sudah keras betul, Rukiah berusaha menggoda agar Bondan yang meminta untuk dimasukkan penisnya. Bukan permintaan yang terjadi. Bondan ternyata gelap mata. Dengan kasar, dia mengangkat tubuh molek Rukiah ke atas meja makan dan menelentangkannya, kemudian dikangkangkannya kedua paha wanita itu, lalu ditusuknya memek Rukiah keras-keras. Memek yang sudah basah kuyup itu dimasukinya dengan kasar. Rukiah merasakan kehangatan yang luar biasa dalam rahimnya. Perlakukan kasar Bondan justru membuat Rukiah sangat menikmati. Tak pernah Sabirin apalagi Totok dan suaminya memperlakukannya seperti ini. Setelah semua kontolnya tenggelam, dengan kuat Bondan mulai mengocoknya dalam rahin Rukiah, membuat tubuh Rukiah bergoyang-goyang indah karenanya. Bondan yang berdiri bebas di lantai, membuatnya semakin mudah untuk menusuk-nusuk memek Rukiah. Rukiah merintih-rintih dan menikmati semua tusukan kasar itu. “Sayang… kamu hebat sekali. Puasin aku, Sayang…” Rukiah seakan menghiba-hiba. Bondan terus memompanya tanpa memberikan jawaban. Baginya bekerja lebih baik daripada berbicara, dan menikmati lebih enak daripada menusuk tanpa dinikmati. “Kalau kamu bisa memuaskan aku, aku akan kurangi kontrak rumahmu seperempatnya,” kata Rukiah. Bondan pun semakin bersemangat. Dia terus menusuk memek Rukiah semakin cepat dan cepat, kontolnya terus keluar-masuk di memek sempit Rukiah sampai Rukiah menjepitkan kedua kakinya ke pinggang Bondan sembari melepas cairan cinta dari dalam tubuhnya. ”Huuuuuuhhhhhh…!!” Rukiah menggumam nikmat. Bondan terus saja memompanya tanpa henti, sepertinya tiada rasa lelah bagi pemuda itu dan tiada rasa puas. Dari tubuhnya mengalir keringat dan otot-otot tubuhnya kelihatan mengkilap. Dengan sebuah tekanan yang kuat, Bondan pun melepaskan spermanya beberapa kali ke dalam lubang Rukiah yang teramat dalam itu. Rukiah terdiam tak mampu mengucapkan apa-apa selain menikmati saja. Bondan membiarkan kontolnya tetap berada dalam memek Rukiah, walau pun spermanya mulai meleleh keluar dari celah memek itu. Setelah kontolnya mengecil dan terlepas, Bondan cepat memakai kembali pakaiannya. Rukiah tersenyum dan menyatakan, ”Kamu hanya harus membayar uang kontrakan dua per tiga dari harga yang sudah ditetapkan, sebagai hadiah percintaan kita.” Bondan pun tersenyum senang. Setelah pindah rumah, beberapa malam kemudian, ia mengirimkan SMS kepada Rukiah. ”Memek tante lebih nikmat daripada memek istriku.” Rukiah pun tersenyum puas, ’Kau tak akan puas dengan isterimu. Aku akan memuaskanmu, bila kau juga memuaskanku,’ batin Rukiah. Akhirnya, dalam seminggu, Bondan harus melayani Rukiah sebanyak tiga kali. Mungkin saja jatah isterinya dua kali seminggu tak tepenuhi, karena tenaga Bondan habis dikuras sebelumnya. Jika ada kesempatan, Rukiah langsung meng SMS Bondan, dan secepat kilat Bondan datang, kemudian melayani Rukiah. Bondan merasa beruntung karena mampu mendapatkan seks dari Rukiah, tapi sesungguhnya dia tidak tahu kalau dia adalah kuda tunggangan bagi Rukiah. Terlebih Bondan dan isterinya sudah punya hutang sebanyak tiga juta yang harus dibayar cicil tanpa bunga. Bunganya, Bondan cukup memuaskan nafsu Rukiah, sebagai mana yang diinginkan oleh janda cantik itu. Kejadian itu terus berlangsung hingga muncullah Sularto, demikian nama kakek itu. Umurnya sudah 69 tahun. Walau sudah tua, tubuhnya masih kelihatan berotot. Sularto adalah ayah dari Bu Ningsih yang mulutnya mirip burung betet. Masih pagi sekali sudah nyindir. Siang nyindir, sore nyindir, malam juga nyindir. Mau sholat nyindir, usai sholat juga nyindir. Pokoknya jantung Rukiah terpacu terus karenanya. Tak ada perempuan yang mampu melawan Bu Ningsih bila bertengkar. Mungkin memeknya lebih lebar dari mulutnya, membuat dia bisa merepet-repet terus menerus. Pet-pet-pet… Suaminya tertangkap menjual narkoba dan pengadilan menghukumnya 7 tahun penjara. Sebelumnya dia yakin sekali, petugas bisa disuap, hinga dia menjual semua hartanya. Setelah semua harta terjual kecuali rumah, masih juga dia dihukum 7 tahun penjara. Ningsih pun merepet-repet, Udah dikasih uang, tetep aja dijatuhi hukuman berat. Dasar negara ini sudah tidak beres. Dasar koruptor, dasar setan, dasar iblis dan sejuta makian lainnya. Baginya pengedar dan bandar narkoba itu mungkin sama dengan malaikat, hingga dia bisa memaki-maki orang lain. “Bu Rukiah, katanya Ibu mau mengecat rumah ya?” tanya Bu Ningsih suatu hari. “Kenapa Bu?” balas Rukiah. “Kalau memang mau ngecat rumah, biar bapak aku aja yang ngecet. Dia ahli mengecet rumah lho, Bu.” “Kalau harganya cocok, ok lah…” kata Rukiah. Mulailah mulut jeber Ningsih bermain. “Ooaalah bu, bu… Sama tetangga aja kok sombong. Baru minta kerjaan ngecat aja kok sombong sekali?” “Kalau begitu, silahkan cari objekan lain. Cat aja rumah orang lain,” kata Rukiah lembut namun tajam di balik senyumnya. “Bukan begitu, Bu… kan lebih baik dikasih aja sama tetangga.” kata Bu Ningsih. “Tergantung bagaimana negosiasinya,” kata Rukiah. “Gak usah nege-negeoan lah, Bu. Boleh gak?” nada suara Ningsih meninggi. “Kalau tidak mau memang kenapa?” kata Rukiah tak kalah sengit. “Bukan begitu, bu… Boleh dong? Iya ya?” Ningsih melembut. “Kalau harganya cocok, kenapa tidak? Itu pun harus bagus, kalau tidak, aku pasti komplein,” kata Rukiah. “Alaaahh… sombong banget sih.” “Kalau sombong kenapa? Apa gak boleh aku sombong?” Rukiah mulai marah. “Ya sudah, bicara saja sama bapakku,” Ningsih mengalah. Pertemuan itu akhirnya menyepakati harga dan Totok diminta membeli cat sesuai ukuran dan warna. Sularto pun mulai membuat tangga-tangga. Yang dicet lebih dulu bagian atas. Sebagai duda, Sularto kelihatannya masih kuat lahir batin. Rukiah tersenyum. Dia akan buat kontol bapak Ningsih itu merepet di dalam memeknya. Mereka naik ke lantai atas dan Ningsih ingin masuk ke dalam rumah Rukiah. “Maaf bu, ini rumah saya. Ibu gak boleh sembarangan masuk. Ibu di luar saja,” kata Rukiah ketus sambil menatap tajam Ningsih. “Alaaahh… baru rumah begini aja,” kata Ningsih sambil membalikkan tubuhnya dan pergi. “Besok belilah rumah yang lebih besar dari rumah ini,” kata Rukiah tak kalah tajamnya. Setelah mengunci pintu gerbang, Rukiah mengganti pakaiannya dengan daster mini tanpa bra dan celana dalam. Hari ini juga dia harus menuntaskan Sularto, atau tidak untuk selamanya. Dendamnya pada Ningsih harus terlampiaskan. Saat menaiki tangga ke lantai atas, Rukiah sengaja seperti melompat-lompat agar dasternya yang mengembang itu terangkat-angkat, dan pantatnya yang mulus bisa dilihat oleh Sularto. Benar saja, jakun Sularto naik turun dan Rukiah melihatnya. Begitu sampai di lantai atas, Rukiah langsung menggenggam burung Sularto dari balik celananya. “Sudah lama puasa, pasti sedang mau-maunya ini!” kata Rukiah genit. Sularto terkejut juga diperlakukan demikian, namun dia tidak bisa menolak saat Rukiah menekan tubuhnya ke dinding dan menurunkan celananya dengan cepat hingga burung hitam legamnya yang sudah mulai ngaceng langsung terlompat keluar. Rukiah segera mengulumnya sampai menjadi keras. Setelah keras, semua celana Sularto ia lepas. “Hayo, Pak, masukin kontolmu ke memekku. Pasti kontolmu merasa puas,” kata Rukiah dengan kasar tanpa tedeng aling-aling. Ditariknya tubuh Sularto sambil Rukian menelentangkan diri di lantai. Sularto yang sudah lama tidak ngentot, seperti kerbau dicucuk hidungnya, langsung menindih tubuh mulus janda cantik itu. Rukiah segera menuntun kontol Sularto agar cepat masuk ke dalam lubang memeknya. Terhenyak juga Rukiah menghadapi kontol besar yang berurat itu. “Kalau kamu bisa memuaskan nafsuku, upahmu akan aku tambahi,” katanya. Mengangguk mengerti, Sularto segera memompa memek basah Rukiah dengan penuh nafsu. Dia berupaya agar Rukiah bisa puas. Pompaan demi pompaan Sularto diimbangi oleh Rukiah dengan goyangan erotis dari bawah. Rintihannya membuat Sularto semakin bernafsu, sementara desah nafas Sularto membuat Rukian semakin bersemangat. Mereka terus menerus saling goyang dan saling hisap sampai akhirnya terjadi lelehan lendir dan tembakan sperma di alat kelamin keduanya. Baik Rukiah maupun Sularto benar-benar merasa puas. Sejak saat itu, selama dua minggu Sularto bekerja di rumahnya, pagi-pagi sekali, sebelum jualan, Rukiah minta dientot lebih dulu oleh Sularto, baru kemudian dia bekerja. Setelah dientot, Rukiah keluar dan mengunci gerbang agar Ningsih tak bisa masuk. Dia dendam sekali pada wanita itu. Pada saat ngentot dengan Sularto, dendamnya kepada Ningsih membuat Rukiah semangat untuk ngentot dan dientot. “Kenapa sih aku tak bisa masuk ke rumah Bu Rukiah, aku kan hanya pengen melihat bapakku bekerja,” kata Ningsih memprotes saat mereka bertemu. “Rahasia dong…” balas Rukiah dengan genitnya. “Bapakku itu orang alim tahu. Tak mungkin siapa pun bisa menggodanya!” kata Ningsih membanggakan bapaknya. “Oh yaa?” kata Rukiah mengedipkan matanya. “Alim ulama, kalee…” tambah Rukiah genit pula. Dia pun masuk ke dalam mobilnya dan duduk di sebelah Sabirin. Dalam mobil, dia mulai ngomong yang dibuat-buat. ”Dasar perempuan tolol. Mana mungkin aku mau menggoda bapaknya yang tua bangka bau tanah itu. Ningsih itu tidak tahu, kalau aku punya pacar yang namanya Sabirin, iya kan sayang?” kata Rukian pada Sabirin, genit. Sabirin pun tersenyum. Mereka melaju meninggalkan rumah menuju pasar tempat jualan. Baru saja mereka sampai ke pasar, mereka dapat kabar kalau Pak Sularto jatuh dari atas rumah dan kepalanya pecah, lalu meninggal dunia. Dalam percakapan antara Sabirin dengan tetangga yang menyaksikan peristiwa itu, katanya Sularto itu keletihan, tapi dipaksakan terus memanjat, akhirnya jatuh dan mati. Rukiah terkejut mendengar berita itu. Tapi dibaliknya dia tersenyum, karena tadi pagi dia memaksa Sularto mengentotnya dua kali. Mungkin itu yang membuat Sularto jadi keletiha. Hari itu, mereka tak jadi membuka dagangan. Mereka langsung pulang untuk menghadiri pemakaman Sularto. Semua orang memuji Rukiah karena Rukiah mau menanggung semua biayanya. Sebaliknya orang menyalahkan Ningsih yang memaksa Bapaknya cari makan, padahal sudah tua. Rukiah hanya tersenyum saja dan pulang ke rumahnya. Di rumah, dia sudah disambut oleh Totok dan malamnya mereka tidur pulas berdua sehabis ngentot tiga kali.


AYO DAFTARKAN SEGERA DIRI ANDA DI SENTANA4D, RASAKAN BERMAIN TOGEL DAN LIVE GAMES YANG BERBEDA HANYA DISENTANA4D...
DAPATKAN KESERUANYA DALAM BERMAIN TOGEL DAN LIVE GAME NYA,
LIVE GAME NYA TERDIRI DARI BOLA GELINDING, BOLA 24D, ROULETTE, DRAGON TIGER, SICBO BALL,DAN SICBO DICE. 
DENGAN DEPOSIT MINIMAL RP. 25,000 DAN WHITDRAW MINIMAL RP:25.000 ( hanya 5 menit)
ANDA SUDAH BISA BERMAIN TOGEL ONLINE DAN LIVE
GAMES
Support Bank : BCA, BRI, BNI, MANDIRI dan DANAMON
-Pelayanan 24 jam tanpa henti untuk member
-Respon yang cepat & ramah oleh CS kami
-BBM :2b94adae
-YAHOO :sentana4d@yahoo.com
,,,>>> salam sentana4d<<<,,,


kunikmati perjaka anak majikan ku


Image result for cerita memek berdarah sama om
Bi Eha sudah cukup lama menjadi pembantu di rumah Tuan Hartono. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. Bi Eha merasa kerasan karena keluarga Tuan Hartono cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang pembantu. Bi Eha sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Tuan Hartono, yang dianggapnya terlalu berlebihan. Namun ia tak begitu memikirkannya. Sepanjang hidupnya terjamin, iapun dapat menabung kelebihannya untuk jaminan hari tua. Perkara kelakuan Tuan Hartono yang selalu minta dilayani jika kebetulan istrinya tak ada di rumah, itu adalah perkara lain. Ia tak memperdulikannya bahkan ikut menikmati pula. Walaupun orang kampung, Bi Eha tergolong wanita yang menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 32 tahunan. Penampilannya tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih sintal dan menggairahkan. Bahkan Tuan Hartono sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang montok dan kenyal. Kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tidak tergolong cantik namun memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Begitu kata Tuan hartono saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur suatu ketika. Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Bi Eha – janda yang sudah lama ditinggal suami – masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata selain berselingkuh dengan majikannya, ia pernah bercinta pula dengan Kang Ujang, Satpam penjaga rumah. Perselingkuhannya dengan Kang Ujang berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Tuan Hartono yang sedang pergi ke luar negeri selama sebulan penuh. Selama itu pula Bi Eha merasa kesepian, tak ada lelaki yang mengisi kekosongannya. Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh gairahnya yang meletup-letup, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya di kamar belakang. Malam itu, Bi Eha kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu. Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan Hartono dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Tuan Hartono tengah menggauli istrinya. Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal menghadapi gempuran Tuan Hartono yang memiliki ‘senjata’ dahsyat. Bayangan batang ****** Tuan Hartono yang besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Bi Eha nelangsa menahan nafsu syahwatnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Ujang untuk menggantikannya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah. Kalau ketahuan hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Bi Eha hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur. Dalam mimpinya Bi Eha merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Hartono. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Bi Eha mengigau sambil membusungkan dadanya. “Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..” Kedua tangan Bi Eha memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bi Eha terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya. Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu. Ia mengira Tuan Hartono yang sedang mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang? Bi Eha langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan Tuan Hartono akan situasi yang tidak memungkinkan ini. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Hartono?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Andre, putra tunggal majikannya yang masih berumur 15 tahunan!? “Den Andre?!” pekiknya sambil menahan suaranya. “Den ngapain di kamar Bibi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Andre yang merah padam. Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya. “Bi.. ngghh.. anu.. ma-maafin Andre..” katanya dengan suara memelas. Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bi Eha. “Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak majikannya berani berbuat seperti itu padanya. “Andre.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman..” katanya menjelaskan. “Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat.. ngghh.. Andre nggak tahan..” katanya kemudian. “Oohh.. Den Andre.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana?” Tanya Bi Eha. “Andre tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab Andre ragu-ragu. “Tapi kenapa?” Tanya Bi Eha penasaran “Andre pengen kayak Kang Ujang..” jawabnya kemudian. Kepala Bi Eha bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Andre. Berarti dia tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini? “Kenapa Den Andre pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut. “Andre sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh.. anu..” “Anu apa?” desak Bi Eha makin penasaran. “Andre suka ngintip.. Bibi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah pakaian tidur Bi Eha yang sudah terbuka lebar. Andre melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada pengasuhnya itu. Bi Eha dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bi Eha dalam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya. “Boleh khan Bi?” kata Andre kemudian. “Boleh apa?” sentak Bi Eha mulai sewot. “Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta Andre tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi Eha. “Den Andre jangan kurang ajar begitu sama perempuan..,” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!” “Kok Kang Ujang boleh? Nanti Andre bilangin lho..” kata Andre mengancam. “Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa..” kata Bi Eha panik. “Kalau gitu boleh dong Andre?” Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Bi Eha berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. Bi Eha lalu tersenyum kepada Andre seraya meraih tangannya. “Den Andre mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan Andre ke atas buah dadanya. “Iya.. ii-iiya.. .,” katanya sambil menyeringai gembira. Andre meremas kedua bukit kembar milik Bi Eha dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana Den.. enak nggak?” Tanya Bi Eha sambil melirik wajah anak itu. “Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir Bi Eha. Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali? Setelah berpikiran seperti itu, Bi Eha menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Bi Eha jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Hartono, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang ******nya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan. Lalu ia biarkan Andre meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. Andre mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Bi Eha yang nampak meringis seperti menahan sesuatu. “Sakit Bi?” tanyanya. “Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..” Andre mengikuti semua perintah Bi Eha. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Andre dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi. Bi Eha terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Andre satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan Bi Eha seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan Andre di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya Bi Eha mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. Bi Eha memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur. “Tidak bebas”, katanya. Andre terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Bi Eha. “Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan.. ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh Den enaak!” Andre semangat mendengar erangan Bi Eha yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot putting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Bi Eha. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bi Eha melenguh. Andre meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari Andre mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam. “Akhh.. Den masukin terusshh.. ya begitu. Oohh Den Andre pinter!” desah Bi Eha mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya. Sambil terus menyuruh Andre berbuat ini dan itu. Tangan Bi Eha mulai menggerayang ke tubuh Andre. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu. “Mmmpphh..”, desah Bi Eha begitu merasakan batang ****** anak itu sudah keras seperti baja. Ia melirik ke bawah dan melihat batang Andre mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bi Eha mengocok perlahan batang itu. Andre melenguh keenakan. “Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh!” pekik Andre perlahan. Bi Eha tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat Bi Eha semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di putting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang memeknya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu.., Bi Eha merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme. Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme. Andre terperangah menyaksikan ekspresi wajah Bi Eha yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Andre menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Bi Eha kesakitan. “Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan?” tanyanya demikian polos. “Nggak sayang.. Bibi justru sedang menikmati perbuatan Den Andre,” demikian kata Bi Eha seraya menciumi wajah tampan anak itu. Dengan penuh nafsu, bibir Andre dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Andre senang melihat kegarangan Bi Eha. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara pengasuhnya ini, lalu mempermainkan putingnya. “Aduh Den.. enak sekali. Den Andre pinter.. uugghh!” erang Bi Eha kenikmatan. Bi Eha benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin Andre masih perjaka tulen. Bi Eha semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia

Image result for cerita memek berdarah sama ommendorong tubuh Andre hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu di sekitar kemaluan Andre. Melumat batang yang sudah tegak bagai besi tiang pancang dan megulumnya dengan penuh nafsu. Tubuh Andre berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah Bi Eha mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata ke sekujur batang kemaluannya. Andre merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu. Bahkan saking enaknya, Andre merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. Bi Eha rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan Andre sehingga tidak langsung menyembur. “Akh Bi.. kenapa?” Tanya Andre bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi. “Nggak apa-apa. Tenang saja, Den. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh Andre. Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Bi Eha mengarahkan batang ****** Andre persis ke arah liang memeknya. Perlahan-lahan tubuh Bi Eha turun sambil memegang ****** Andre yang sudah mulai masuk. “Uugghh.. enak nggak Den?” “Aduuhh.. Bi Eha.. sedaapphh.. !” pekiknya. Andre merasakan batang ******nya seperti disedot liang memek Bi Eha. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. Konotlnya bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. Bi Eha tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan ****** Andre. “Auugghh Deenn.. .uueennaakk!” jerit Bi Eha seperti kesetanan. “Terus Den, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..” Andre mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat. “Bi.. saya mau keluaarr…” Jeritnya. “Iya Den.. ayo.. keluarin aja. Bibi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal. Andre mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang memek Bi Eha dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh Bi Eha erat-erat, Andre menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali. “Crot.. croottt.. crottt!” “Aaakkhh..” Bi Eha juga mengalami orgasme. Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Andre. “Ooohh.. Deenn.. hebat sekali..” Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum Bi Eha mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Andre. “Gimana Den. Enak khan?” “Iya Bi, enak sekali,” jawab Andre seraya memeluk Bi Eha. Tangannya mencolek nakal ke buah dada Bi Eha yang menggelantung persis di depan mukanya. “Ih Aden nakal,” katanya semakin genit. Tangan Bi Eha kembali merayap ke arah batang ****** Andre yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya. “Bibi isep lagi ya Den?” Andre hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Bi Eha ketika mengulum ******nya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar Bi Eha dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa.


AYO DAFTARKAN SEGERA DIRI ANDA DI SENTANA4D, RASAKAN BERMAIN TOGEL DAN LIVE GAMES YANG BERBEDA HANYA DISENTANA4D...
DAPATKAN KESERUANYA DALAM BERMAIN TOGEL DAN LIVE GAME NYA,
LIVE GAME NYA TERDIRI DARI BOLA GELINDING, BOLA 24D, ROULETTE, DRAGON TIGER, SICBO BALL,DAN SICBO DICE. 
DENGAN DEPOSIT MINIMAL RP. 25,000 DAN WHITDRAW MINIMAL RP:25.000 ( hanya 5 menit)
ANDA SUDAH BISA BERMAIN TOGEL ONLINE DAN LIVE
GAMES
Support Bank : BCA, BRI, BNI, MANDIRI dan DANAMON
-Pelayanan 24 jam tanpa henti untuk member
-Respon yang cepat & ramah oleh CS kami
-BBM :2b94adae
-YAHOO :sentana4d@yahoo.com
,,,>>> salam sentana4d<<<,,,

Friday, August 14, 2015

Adegan Mesum di Casting Film



Pagi hari di kantor mewah sebuah perusahaan film nasional. Seorang gadis cantik sedang diwawancara oleh manajer casting perusahaan tersebut. Pewawancara adalah seorang pria bernama Toni berumur 28 tahun keturunan India. “Namanya siapa?” kata Toni lalu duduk dan mengambil setumpuk kertas di mejanya. “Santi, lengkapnya Beznifa Santi Putridewi.” jawab gadis itu. Toni lalu mencari file gadis itu di tumpukan kertas yang dipegangnya. “Tinggi 170 cm, berat 50 kg, umur 20 tahun,” Toni mengguman sendiri membaca data di depannya. “Pernah main Sinetron atau pementasan sebelumnya?” “Belum pernah.” “Kamu tahu bakat kamu apa?” “Saya bisa menyanyi, tenis dan bakat yang terbesar menurut saya adalah akting.” “Kok tahu bakatnya akting?” “Saya ahli mempermainkan perasaan orang Pak,” jawab Santi sambil tersenyum malu mengakui jika dia sering mempermainkan orang. “Bapak bisa buktikan sendiri,” tambahnya. “Mempermainkan bagaimana maksudnya?” “Saya bisa pura-pura menangis, sampai keluar air mata. Saya juga bisa marah atau membentak-bentak orang padahal dalam hati sih biasa aja.” “Oke.. saya ingin lihat itu, tapi nanti saja..!” “Oh ya, Kamu panggil saja aku Toni. Tidak usah terlalu formal OK..!” tambah Toni. “Iya Pak.” “Tu kan..!” “Oh iya.” tersipu Santi, ternyata dia masih memanggil Toni dengan Pak. “Baik Ton.!” kata Santi terlihat canggung waktu mengucapkannya. “Ha.. ha.. ha.. ha..!” berderai tawa Toni melihat keimutan gadis di depannya. “Cantik juga gadis ini, seksi, lugu, kulitnya putih. Wajahnya sangat keibuan, mirip Nia Daniati. Tubuhnya memang langsing tapi susunya montok juga. Andai saja dia istriku, pasti aku sarungan terus. Ha.. ha.. ha.. ha.. ha.. Kira-kira dia mau nggak ya?” Toni berkata dalam hatinya sambil tersenyum-senyum. “Coba aja ah..!” “Ya Ton?” Santi memajukan kepalanya, disangka Toni berkata padanya. “Oh nggak..!” “Kamu benar-benar ingin peran ini?” tanya Toni. “Sangat ingin Ton..” “Kamu tahu peran utama di film ini?” “Tahu, yaitu seorang Gadis yang mengandung karena diperkosa, lalu memilih untuk membesarkan anaknya sendiri,” jawab Santi. “Pada adegan perkosaan, kamu mau memerankan sendiri tanpa pemain pengganti?” Toni ingin mengetahui keberanian gadis itu. “Mau Ton.” “Tidak pa-pa sama keluarga?” “Nggak..” Santi memang dari keluarga liberal. Dia mengabiskan masa SMA-nya di USA mengikuti ayahnya dinas. “Ternyata kamu memang ingin sekali peran ini ya?” “Iya Ton, aku mau peran ini sebagai awal dari karirku di dunia film.” “Apakah kamu tahu pendatang baru di dunia film mau melakukan apa saja untuk dapat peran?” “Aku tahu Ton, Aku juga mau melakukan apa saja agar diterima.” “Aahhh..! Benar kamu mau?” Santi mengangguk. “Kamu bersedia jika diminta berhubungan seks?” “Bersedia Ton.” “Jika diminta mengulum penis, sorry nih ya, apakah mau juga?” tanya Toni sambil tersenyum. Toni merasa penisnya mulai berdenyut-denyut. “Mau Ton..” “Kok mau?” “Habis Toni ganteng sih, Ha.. ha.. ha.. ha.. ha..” tawa Santi berderai mendengar jawabannya sendiri. Toni pun tertawa mendengarnya. “Entar kamu lapor polisi.” “Kok lapor polisi, kan dua-duanya senang,” jawab Santi sambil tersenyum. “Apakah kamu pernah melakukan sebelumnya?” “Dua-duanya pernah Ton.” “Maksudnya?” “Ya melakukan seks pernah, mengulum penis juga pernah.” “Ooohh.. dengan siapa?” “Dengan pacar,” jawab Santi. “Di mana?” Toni tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang kisah seks Santi. “Di rumah, 2 tahun yang lalu waktu semuanya lagi pergi.” “Awalnya gimana?” lanjut Toni lebih semangat. “Waktu itu kami ganti baju untuk berenang, tapi karena ganti bajunya bareng satu kamar, kami jadi sama-sama terangsang.
images (1)Terus mulai deh kami bercumbu dan akhirnya kami berhubungan seks.” Toni merasakan penisnya semakin keras. Ingin rasanya menyelipkan penisnya dalam vagina milik gadis cantik di depannya. “Kamu mau nggak menceritakan secara lengkap?” “Kok gitu Ton?” “Kok gitu gimana?” “Kenapa… kenapa nggak kita aja yang melakukannya?” kata Santi. Santi merasa dengan begitu maka peran itu pasti jatuh ke tangannya. “Ooohh, aku ingin dengar cerita kamu dulu aja deh.” “Diringkas aja ya Ton?” “Iya..!” jawab Toni tidak sabar. “Kami waktu itu akan berenang, rencananya mau ganti baju renang di kamarku. Setelah masuk kamar, kami mulai membuka baju. Aku membuka lemari pakaian, lalu membuka kaos dan celana pendekku. Sehingga aku tinggal memakai baju dalam saja. Risih juga berpakaian seperti itu di depan orang lain. Tapi ini kan pacarku, jadi ya kupikir tidak apa-apalah. Aku melirik ke samping, terlihat pacarku sudah membuka seluruh pakaiannya dan tinggal mengenakan celana dalam saja. Berdesir juga tubuhku. Aku merasa bibir kemaluanku mulai berdenyut, “Santi menggigit bibirnya. “Kalau tidak ingat aku ini perempuan pasti langsung kudatangi dia. Kuputuskan untuk lanjut mencari baju renang. Ketika sedang memilih baju renang yang merah atau yang biru, kudengar pacarku melangkah mendekat. Makin dekat dan makin dekat, lalu terasa hembusan nafasnya di leher ini. Waktu itu aku merasa tegang sekali, menduga-duga apa yang akan dia lakukan. Jantungku berdetak kencang dan vagina ini sepertinya berdenyut-denyut,” kata Santi sambil memegang rok bawahnya. “Tiba-tiba dia menelusupkan tangannya di antara pinggang, memelukku dan merapatkan badannya, sehingga punggungku dan dadanya bersentuhan. Dia mencium telingaku, gelii banget..” Santi berkata sambil mengangkat pundaknya seakan dia sedang kegelian di bagian telinga. “Dia mempererat pelukannya sehingga dadanya makin rapat ke punggungku. Ciumannya lalu turun ke leher, rongga vaginaku rasanya makin berdenyut dan rasanya agak basah di bibirnya. Lalu pantatnya mulai bergerak-gerak digesekkan naik turun ke pantatku. Terasa benjolan penisnya di antara belahan pantatku. Selama itu aku diam saja karena tidak tahu harus bagaimana. Setelah beberapa menit dia membalikkan badanku sehingga kami saling berhadapan.” “Diciumnya bibir ini, kami saling berpagutan. Lidah kami saling bersentuhan, kadang bibirku disedot, kadang digigit. Nikmat sekali rasanya. Tidak pernah saya merasa sesenang itu. Tiba-tiba dia melepaskan ciumannya dan membopong tubuh ini. Digendong ke arah tempat tidur. Aku direbahkan, sebenarnya malu juga terlihat dalam keadaan seperti ini dari depan tapi karena aku juga sudah terangsang aku mau aja,” Santi berhenti sebentar. Tak lama dia melanjutkan lagi. “Pacarku lalu membuka bra-ku dilanjutkan dengan celana dalam.

Pada saat dibuka gesekan antara tangannya dan kulitku menimbulkan perasaan yang nikmat sekujur tubuh. Aku merapatkan pahaku karena aku benar-benar malu. Melihat itu pacarku lalu memegang pahaku dan membuka secara perlahan lalu dia bilang jangan tutupi keindahan tubuhmu, selain itu aku kan pacarmu,” Santi berhenti sejenak lalu melanjutkan lagi ceritanya. “Pahaku membuka begitu juga vaginaku, aku mencoba melihat apa yang terjadi pada kemaluanku saat terangsang. Kulihat warnanya menjadi lebih merah, bibir luarnya telah membuka dan kurasa vaginaku lebih tebal dari biasanya. Terlihat ada lendir yang menetes keluar,” Santi lalu menyilangkan kakinya. “Setelah itu, dia pegang bahuku. Dia pegang dan belai rambutku yang terurai di bahu. Perlahan-lahan dilepaskan celana renang dan celana dalamnya. Kulihat tubuh pacarku yang telanjang di depanku. Dia lingkarkan tangan di pinggang dan mulai mendekapku lembut. Kami berpelukan dan bertautan bibir sambil jari-jarinya meraba dan menggosok seluruh badan.” “Kok lama amat sih pemanasannya? Kapan penisnya masuk ke vaginamu?” Toni sudah tidak sabar. “Ceritanya lebih cepet dong..!” tambahnya lagi. “Tuh kan, nggak sabar. Sudah penis kamu aja yang diselipkan. Setelah itu terima aku main di film,” kata Santi. Selain dia ingin kepastian dapat peran, dia juga merasa terangsang mendengar ceritanya sendiri. Terasa vaginanya sudah lembab. “Oooh nggak.. nggak..! Lanjutin aja. Aku pengen tahu bagian vaginamu meremas-remas penis pacarmu.” “Kalau itu yang kamu mau!” Santi membenarkan letak duduknya dan melanjutkan ceritanya. “Setelah itu dia mengusap kedua susuku. Diremas dan dipermainkan putingnya sambil menggesek-gesekan batang penisnya ke perutku. Lalu dia mencium payudaraku, perlahan diturunkan ciumannya ke bawah. Bibir kemaluanku dijilat, dijulurkan lidah dan menusuk ke dalam lubang vaginaku. Dijilat, terus jilat dan dijilat sambil tangannya meremas-remas puting payudaraku. Aku terus melihat ke bawah mengamati perubahan yang terjadi di kemaluan ini. Setiap lidahnya dijulurkan ke dalam, maka vaginaku makin terbuka. Bibir vaginaku ditarik oleh giginya, rasanya sakit tapi nikmat maka vaginaku akan monyong ikut tertarik. Kelihatan vaginaku berdenyut setiap lidahnya mengusap permukaan klitorisku..” “Setelah sekian menit dalam posisi ini, ada rasa yang tidak pernah aku alami sebelumnya. Sangat nikmat. Otot vaginaku seperti tersedot-sedot. Rasanya aku ingin menjerit-jerit dan berteriak untuk melampiaskan nikmatnya. Aku baru tahu kalau itu yang namanya orgasme,” lalu Santi terdiam seperti mengenang saat-saat itu. “Jangan bilang kalau ceritanya sudah selesai, mana cerita kalian berhubungan seks dan kamu mengulum penisnya?” Toni curiga cerita Santi telah selesai melihat Santi diam. “Kok kamu diam sih..? Dia kan belum orgasme. Mana mau dia cuma muasin kamu aja. Dia pasti ingin juga ngerasain orgasme,” lanjut Toni agar Santi melanjutkan ceritanya. “Itu kamu tahu. Kamu aja deh yang ngelanjutin,” sahut Santi sambil tersenyum. “Waduh..! Kamu ngerjain saya ya? Ya nggak mau dong..!” jawab Toni ikut tersenyum. “Hi.. hi.. hi.. hi.. hi..” berderai tawa Santi melihat reaksi Toni. Lalu Santi menarik napas sebentar dan melanjutkan ceritanya. “Lalu dia merebahkan badanku ke kasur. Didekatkan pinggulnya ke selangkanganku. Pahanya berada di bawah pahaku. Aku tahu dia akan memasukkan penisnya. Sesungguhnya aku tidak tahu apakah aku juga menginginkan hal itu. Terasa kepala penisnya sudah menempel di bibir vaginaku. Geli juga rasanya. Tiba-tiba aku tersentak karena rongga vaginaku terasa penuh. Tidak jelas rasanya, antara perih dan nikmat..” “Vagina kamu memijat-mijat penisnya tidak?” tanya Toni bersemangat. Dia membayangkan nikmat yang dirasakan pacar Santi. “Ya nggak tahu dong. Kan dia yang rasain,” jawab Santi. “Kalau yang saya rasain, vagina saya berdenyut-denyut, dan hangat sekali. Aku mencoba mendongakkan kepala melihat ke vaginaku, kemaluanku lebih menggelembung dan tebal. Kulihat juga pacarku memaju-mundurkan penisnya ke dalam vaginaku. Vaginaku akan monyong setiap dia menarik penisnya dan akan ikut masuk setiap dia menekan penisnya.” “Pacarku mendongakkan kepala dan memejamkan matanya. Peluh membasahi seluruh tubuh dan wajahnya. Makin lama rasa perih di kemaluanku makin hilang, yang tersisa hanyalah rasa nikmat yang luar biasa. Aku pun ikut menaik-turunkan pantatku berkebalikan arah dengan gerakan pacarku. Setiap permukaan vagina dan klitorisku menyentuh pangkal penisnya rasanya indah sekali..” “Setelah itu yang kutahu aku memejamkan mataku, lalu aku merancau tak menentu. Hingga kurasakan rasa yang tadi kualami, vaginaku kembali seperti disedot-sedot. Aku berteriak dan menggigit bibirku. Rasanya lebih nikmat dari orgasme pertamaku. Tidak lama pacarku juga berteriak. Ouughh katanya,” Santi tersenyum ketika dia menirukan ucapan pacarnya. “Terasa hentakan di vaginaku. Pacarku menekan penisnya sedalam mungkin ke vaginaku, sambil badannya terhentak-hentak. Terasa tembakan sperma di ujung dalam kemaluanku sekitar 7 kali. Hangat sekali” “Untuk berapa lama, penisnya tetap terselip di vaginaku. Sepertinya kami berdua tidak mau memisahkan kemaluan kami, kalau kata pacarku sih. Spermanya dan cairanku telah jadi lem. Ha.. ha.. ha.. Pacarku memang garing Ton,” berderai tawa Santi. “Lalu cerita aku mengulum penisnya terjadi setelah kami selesai bereng..” belum selesai Santi bicara Toni memotong ucapannya. “Cukup.. cukup.. Aku sudah nggak kuat nih. Bagian kamu mengulum penis dipraktekin aja. Aku janji deh kamu bakal dapat peran itu.” Mata Santi langsung berbinar. Daripada mulut ini capek dipakai untuk bicara lebih baik dipakai untuk bekerja.
cari_gadis.com_Gadis-Toge-Bening-Pose-Bugil_20Ternyata mulut seorang wanita bisa membantu kariernya. “Ayo kita mulai,” lanjut Toni. “Bagaimana awal ceritanya?” Toni berdiri mendekat ke arah Santi. Celananya tidak bisa menutupi penisnya yang ereksi, sehingga terlihat tonjolan di situ. “Kami waktu itu berenang tidak memakai baju. Jadi..” Santi berkata sambil jarinya memberi kode agar Toni membuka bajunya. “Oh ya.. tentu saja,” jawab Toni sambil membuka kancing baju lalu reitsleting celananya. Dilepas semuanya. Setelah itu celana dalamnya. Penisnya sudah penuh, keras dan tegak menunjuk ke arah Santi. Santi lalu membuka bajunya. Dilepas satu-satu seluruh kain yang melepas di badannya. “Santi..! vaginamu tebal sekali.” Toni terkejut melihat montoknya vagina Santi. “Nggak pernah saya lihat yang seperti kamu..” “Santi..! Enggak usah dikulum deh. Kita ngeseks aja yuk..” “Kamu mau dong..! Aku nggak tahan melihat itumu. Sudah pengen nyelipin penis ke situ nih,” kata Toni sambil mengusap-usap penisnya. “Tentu aku setuju Ton. Dua-duanya kan jadi ngerasain nikmat.” “Sekarang kamu naik ke atas sofa,” perintah Toni sambil membuang semua benda yang ada di sofa ruang kantornya. Santi melangkah ke arah sofa. Direbahkan badannya perlahan, posisinya kini terlentang menghadap ke Toni. Pahanya dibuka mempertunjukan seluruh alat kemaluannya. Bibir vaginanya telah membuka, merekah sehingga bagian dalam dari vaginanya terlihat jelas. Merah, basah dan berdenyut. Tentu nikmat sekali merasakan pijitan otot-otot di vagina itu. “Uoogh…” tanpa terasa mulut Toni mendesah takjub menyaksikan keindahan bukit kemaluan yang tebal itu. Belahan bibir kemaluannya yang sedikit kecoklatan terlihat sangat tebal membentuk sebuah bukit kecil. Bibir luarnya masih terbuka seakan memanggil-manggil Toni untuk menikmati. Melihat hal itu, Penis Toni semakin tegang. Dia ingin sekali memasukkan kemaluannya ke lubang vagina yang ada di depannya, merasakan jepitan dan pijitannya. Jelas sekali Toni melihat vagina itu berdenyut-denyut. “Terbayang betapa nikmatnya jika penisku bisa masuk ke situ,” guman Toni dalam hatinya. Toni mendekat dan berlutut di selangkangan Santi. Lalu tangan kirinya merekahkan bibir kemaluan Santi, sedangkan tangan kanannya mengarahkan penisnya agar arahnya tepat. Dengan lembut Toni menyelipkan penisnya ke dalam kemaluan Santi yang basah. Toni berhenti sejenak ketika kepala penisnya masuk 1/4. Dia memejamkan matanya menahan nikmatnya perasaan saat itu. “Uughh…” ujar Toni. Perasaan luar biasa ketika kepala penisnya menggesek bibir vagina Santi. Santi mungkin mengira batang penis itu akan dimasukkan seluruhnya, karena begitu kepala penis menyelip di antara bibir kemaluannya terlihat ia membuka kedua pahanya lebar-lebar. Tapi ternyata Toni menghentikan gerakannya. “Lagi Ton, masukin lagi..!” Santi merengek ketika mengetahui Toni menahan gerakannya. “Jangan berhenti Ton.. masukin semuanya,” Santi merengek lagi karena Toni masih memejamkan mata menikmati 1/4 penisnya yang sedang diremas-remas oleh otot vagina Santi. Toni yang memang ingin seluruh bagian penisnya menikmati pijitan tentu saja mengikuti permintaan itu, dia lalu menekan penisnya lebih dalam perlahan-lahan sampai akhirnya semuanya masuk. “Ouugghh..!” Toni melenguh ketika pangkal penisnya menyentuh lubang kewanitaan Santi. Terasa seluruh penisnya digenggam erat oleh vagina Santi. “Ahhkkk..! Tekan Ton, tekan yang keras..!” rengek Santi sambil menggigit bibirnya. “Kayak gini bukan?” lalu Toni menghentakkan pantatnya ke depan, sehingga mulut vagina Santi terdorong dengan keras. “Oughh..” teriak Toni. “Aaahhkkk..! Gila Ton..! Lagi Ton..!” rintih Santi merasakan nikmat. Toni lalu menarik penisnya, vagina Santi terlihat monyong. Setelah tertarik setengah didorongnya lagi pantatnya seperti tadi. “Aaahkkkk..!” bersamaan mereka berteriak. Toni lalu memaju-mundurkan pantatnya. Dia menarik sampai sekitar 50 persen panjangnya, lalu menekan lagi hingga masuk semuanya. Toni terus melakukan itu. Sementara itu Santi tetap merancau tidak karuan. Sedangkan Toni lebih banyak diam. “Aahhkk.. Toni.. enaak.. hiks.. hiks.. hikss ooohh..” “Yaahh.. tusuk yang keras.. hmm.. Oughh.. yaa.. terus Ton..” “Sshhh.. ssshhh.. oughh.. enak Ton, terus.. terus.. tarik dorong yang keras Ton..!” “Oougghh.. oh.. oh.. oh.. oh..” Santi terus menjerit-jerit. Vaginanya menjepit keras penis Toni. “Ough.. terus Ton..!” Santi menggelepar-gelepar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lubang vagina Santi semakin basah, dan meremas-remas batang kemaluan Toni. “Uhh.. hu.. hu.. huu..” terdengar suara Santi seperti merintih, menahan nikmatnya sodokan penis Toni. Santi makin membuka kakinya. Ditariknya kakinya ke atas, sehingga lututnya menyentuh dadanya. Hal ini membuat Toni makin leluasa memasukkan penisnya. “Ton.. bentar lagi Ton.. aku mau dapat.!” teriak Santi ketika merasakan orgasmenya akan datang, rongga kewanitaannya menjadi lebih berdenyut, seperti menggigit lembut penis Toni. Santi menaikkan pantatnya agar penis Toni makin dalam mengisi vaginanya. “Ouughhh… Ton.. hiks.. hiks.. hu.. hu..” Santi kembali merintih kenikmatan.
j2cmba0ad89qKedua tangannya meremas-remas pundak Toni. Sesaat sebelum Santi mencapai orgasme. Toni tiba-tiba merenggut pantat Santi, mencengkeramnya. Dihentak-hentakkan pantatnya ke bawah lebih cepat. Hal ini membuat gesekan antara penis dan rongga vagina makin cepat. Toni terus melakukannya hingga pada hentakan terakhir ditekannya pantat lama sekali ke bawah. Santi merasakan senjata Toni semakin besar, vagina Santi terasa semakin penuh, Toni mencapai orgasmenya. “Ooouughh..” lenguh Toni. Santi merasakan ada tembakan hangat di dalam ujung vaginanya. Lembut dan mesra. Semprotannya kencang sekali dan berkali-kali. Kira-kira tujuh atau delapan tembakan, badan Toni mengejang, dan lalu lemas, lunglai, jatuh ke depan, menindih Santi. Toni lalu mencium bibir Santi. “Terima kasih San..” Santi mencium balik. Mereka berpagutan beberapa saat. Tubuh mereka berkeringat, basah sekali. Setelah agak lama Toni menjauhkan bibirnya dan mencabut penisnya. Terdengar bunyi, “Plop..!” ketika kedua alat kenikmatan itu dipisahkan. “Kamu aktris berbakat San..! kamu akan dapat peran di film itu, tapi bukan sebagai peran utama. Kamu jadi teman SMA si pemeran utama,” kata Toni sambil memakai celananya. “Lhoo..! Ton.. katamu..” belum selesai Santi bicara Toni sudah bicara. “Aku memang bilang kamu akan dapat peran. Tapi aku tidak bilang kalau itu peran utama. Kalau tidak mau ya udah. Kalau mau peran utama, nanti tunggu film yang baru lagi, kamu casting lagi sama saya. Kita lihat kamu serius tidak menjalani kariermu.” “Sekarang kamu mau nggak peran tadi?” lanjut Toni bertanya. “Mau dong, tapi kiraiinn.!” “Mau nggak?” tanya Toni lagi. “Iya.. iya.. mau..!” jawab Santi sambil memakai bajunya. Wawancara pun selesai, Santi pergi meninggalkan ruangan dan kehidupan di kantor sang manajer berlangsung lagi seperti biasa.